Asnati pernah menyatakan keluh kesahnya tentang pengalaman bersekolah. Dia merasa tidak nyaman bersekolah, terutama saat ujian, karena selalu diberi pertanyaan tentang sesuatu yang tidak dia ketahui. Padahal, Churchill ingin menunjukkan apa yang sudah dia ketahui.
Apa! Anda tahu siapa Asnati? Ya, dia adalah guru SDN 17 Rejang Lebong. Tentu saja bukan orang sembarangan. Bahkan, pernah masuk dalam Guru prestasi.
Saya tidak akan membahas tentang Asnati Saya justru tertarik dengan pengalamannya ketika sekolah. Namun, bukan itu pula yang saya tulis. Itu hanya pemantik yang membuat saya bertanya: sekolah itu apa dan untuk apa?
Sekolah identik dengan bangunan tempat menuntut ilmu. Tempat menghabiskan sebagian besar waktu kita sebagai anak-anak dan remaja.
Memang benar, sekolah adalah tempat belajar. Belajar tentang kehidupan dan pengetahuan yang tersebar di dalamnya. Sekolah adalah tempat belajar sebagai makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan orang lain, tempat belajar sebagai hamba Allah yang berkewajiban mempertangggungjawabkan amal perbuatannya. Sekolah adalah tempat mengembangkan pengetahuan, kompetensi, keterampilan, dan karakter.
Lebih dari semua itu, sebenarnya sekolah adalah tempat bersenang-senang. Bersekolah harusnya menjadi kegiatan yang menyenangkan. Sekolah (school) berasal dari kata “schole”, yang artinya waktu luang. Waktu luang biasanya kan digunakan untuk bersenang-senang.
Sekarang, arti sekolah sudah bergeser. Kita lihat, bersekolah merupakan aktivitas utama anak, bukan lagi aktivitas di waktu luang. Konsekuensinya, bermain, hal yang biasanya di lakuakan anak di waktu luang, tidak lagi mendapat tempat yang istimewa. Tentu saja hal ini sangat disayangkan, mengingat banyak aspek yang berkembang saat anak bermain.
Sebenarnya, apa manfaat sekolah (bagi anak) sehingga harus ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar