PENERAPAN
TEKNIK DICTOGLOSS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PADA MATA PELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS V SD NEGERI 17
REJANG LEBONG
Oleh:
Asnati, M.TPd
email: asnatisarip@gmail.com
Abstract:
This research started from a problem with the listening ability of grade V
students at SD Negeri 17 Rejang Lebong which is still below KKM 75 so it is
necessary to update the learning technique by the teacher as a response to the
weaker quality of student learning. This situation is because the teacher still
uses conventional learning methods and models, causing boredom, boredom and
reducing students' writing skills. On the other hand, according to the theory,
dictogloss learning techniques can improve students' writing skills. This type
of research is classroom action research (PTK) or (classroom action research).
By using the dictogloss technique in learning Indonesian. The data collection
technique in this study was carried out with 4 stages from planning, implementing,
observing and reflecting. This research was conducted in class V SD Negeri 17
Rejang Lebong, totaling 23 students. The research variables used were
observation, tests, documentation. Data analysis in this classroom action
research used descriptive analysis. Based on the formulation of the problem
that has been formulated, the writing ability of students before applying the
dictogglos technique is still a lot of students who are under KKM. The results
of research using dictogloss learning techniques can improve students' writing
skills, this is evidenced by the average value in cycle I of 60.30 and cycle II
of 75.22. While the percentage of completeness in the first cycle when using
the Digtogloss learning technique, the value was 43% and in the second cycle
was 82%.
Keywords:
Digtogloss Technique, Writing Ability
abstrak: Penelitian
ini di mulai dari masalah pada kemampuan
menyimak siswa kelas
V di SD Negeri 17 Rejang Lebong masih
dibawah KKM 75
sehingga perlu dilakukannya pembaharuan teknik pembelajaran
oleh guru sebagai respon semakin lemahnya kualitas belajar siswa. Keadaan ini
dikarenakan guru masih menggunakan metode serta model pembelajaran yang
konvensional sehingga menimbulkan kejenuhan, kebosanan dan menurunkan kemampaun
menulis siswa. Di sisi lain menurut teori bahwa teknik pembelajaran dictogloss dapat
meningkatkan kemampuan menulis siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (PTK) atau (classroom
action research). Dengan menggunakan teknik
dictogloss dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia. Teknik pengumpulan data pada
penelitian ini dilaksanakan dengan 4 tahapan dari perencanaan, pelaksannan,
observasi dan refleksi. Penelitian ini dilakukan dikelas V SD Negeri 17 Rejang Lebong , berjumlah 23 siswa. Variabel
penelitian yang digunakan adalah observasi, tes, dokumentasi. Analisis data
dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan analisis deskriptif. Berdasarkan rumusan masalah yang telah
dirumuskan, kemampuan menulis siswa sebelum menerapkan teknik dictogglos
masih banyak siswa yang di bawah KKM. hasil penelitian dengan teknik
pembelajaran dictogloss dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa, hal
ini dibuktikan dari nilai rata-rata pada siklus I sebesar 60,30 dan pada siklus II sebesar 75,22. Sedangkan presentase ketuntasan siklus I saat menggunakan teknik pembelajaran digtogloss
diperoleh
nilai sebesar 43% dan pada siklus II sebesar 82%.
Kata kunci : Teknik
Digtogloss, Kemampuan Menulis.
PENDAHULUAN
Pembelajaran Bahasa Indonesia pada hakikatnya untuk mengajarkan
keterampilan dalam berbahasa bukan tentang Bahasa. Kemampuan yang dapat dimiliki saat pelajaran
berbahasa Indonesia adalah keterampilan reseptif (mampu mendengarkan dan
membaca) dan keterampilan produktif (dapat menulis dan berbicara). Pengajaran
berbahasa dimulai dari pelajaran keterampilan reseptif, tetapi keterampilan
produktif akan meningkat pada tiap tahapan yang dilakukan.
Pelajaran bahasa
Indonesia di
SD Negeri 17 Rejang Lebong kelas V belum mengalami perkembangan yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Tidak dapat dipungkiri bahwa siswa beranggapan jika bidang studi
bahasa indonesia adalah pelajaran yang sulit untuk dipahami. Peneliti melaksanakan observasi pada
siswa kelas V tentang pembelajaran bahasa Indonesia dan siswa itu menjawab bahwa pelajaran bahasa indonesia ini lumayan
sulit jika
ingin dipahami, karena siswa menganggap belajar bahasa indonesia sulit, jadi siswa
kurang aktif saat pengajaran Bahasa Indonesia. Banyak anak yang belum bisa memahami dan membaca penjelasan dari
konsep-konsep materi yang diberikan guru. Faktor yang menjadikan siswa malas belajar Bahasa Indonesia
dikelas hal ini terdapat pada pribadi anak itu sendiri diantaranya, sikap kurang memperhatikan pembelajaran, minat
belajar rendah, motivasi belajar rendah, suasana belajar dirumah kurang
kondusif. Selain itu terdapat faktor
yang
ada pada guru yaitu penyajian
materi pengajaran kurang menarik,
metode pembelajaran tidak bervariasi atau
masih monoton, media pembelajaran jarang digunakan. Melakukan pembelajaran yang lebih terfokus pada guru, karena guru memberikan informasi dan
siswa merupakan penerima pengetahuan yang pasif sehingga tugas siswa hanya sebagai penerima informasi.
Dari
data kemampuan menyimak siswa kelas
V SD Negeri
17 Rejang Lebong peneliti menyimpulkan bahwa teknik dictogloss agar menjadikan suatu
pembaharuan bagi siswa siswa yang ingin belajar bahasa nasional dengan baik.
Karena pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di KBM materi bahasa harus didukung oleh keberadaan pendidik
berupa mengetahui dan paham dengan teknik, model serta strategi apa yang cocok
, dan tujuannya yaitu agar peserta didik
mampu dengan mudah memahami setiap
elemen yang terdapat didalam pendidikan bahasa.
Dengan adanya sugesti yang baik,
yang ditanamkan oleh guru dengan berupa tauladan dan bahasa yang baik, akan
membuat siswa tertarik untuk belajar tentang materi bahasa Indonesia.
Diharapkan setelah adanya teknik ini di kelas maka kemampuan siswa dalam
berpikir dapat berkembang dengan baik
serta siswa tertarik untuk belajar ini secara terus menurus.
Pada dasarnya siswa sendiri
mampu mengurangi masalah-masalah diskusi
terjadi didalam kelas dan menjadikan sistem pelajaran mampu mengajak siswa
berkolaborasi dengan teman sejawatnya agar masalah tersebut dapat
terselesaikan. Dengan adanya teknik ini diharapkan setiap peserta didik bisa
mengembangkan sendiri potensi yang ada didalam dirinya, namun tetap dengan
pengawasan dari guru.
Melakukan upaya agar dapat
menjawab realita pembelajaran tersebut, maka dibutuhkan teknik pembelajaran
yang membuat suasana menjadi menyenangkan dan keterbukaan. Seperti yang kita
ketahui bersama, bahwa tujuan dari pendidikan itu sendiri tercantum bahwa
setiap peserta didik harus mampu mengekspresikan setiap materi ajar yang telah
ia dapatkan. Dari sejumlah mata
pelajaran yang memberikan sumbangan terbesar dalam menciptakan suasana kelas
yang tidak kaku serta sikap guru yang menyenagkan yaitu teknik dictogloss.
Sehingga desain suasana pelajaran yang demokratis, saling
membelajarkan dan membahagiakan pun memberikan
peluang lebih besar dalam memberdayakan potensi murid dengan
optimal, selanjutnya menjadikan belajar belum menarik
dapat diatasi. Melalui hal-hal
yang telah dijelaskan sebelumnya, mak karya tulis ini penulis susun dalam slah satu penelitian
(PTK ) dengan judul “Penerapan teknik dictogloss untuk
meningkatkan kemampuan menyimak pada mata pelajaran Tematik siswa kelas V SD Negeri 17
Rejang Lebong”
Dari latar belakang masalah,
dapat di identifikasikan masalah sebagai berikut: rendahnya
kemampuan menyimak siswa, terutama dalam hal menyimak cerita, kurang
terampilnya siswa dalam mengikuti pembelajaran secara aktif, bahkan disaat pembelajaran tergolong pasif,
Guru menggunakan teknik konvensional ketika mengajar di kelas.
Agar penelitian ini lebih jelas
serta mampu mengarahkan hal yang ingin diteliti serta mempermudah menjabarkan
maslah tersebut. Peneliti memberi
batasan masalah yang terfokus pada penerapan teknik pembelajaran digtogloss
untuk meningkatkan kemampuan menyimak siswa pada materi cerita rakyat, dalam
penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas V di SD Negeri
17 Rejang Lebong.
Dari penjabaran masalah serta kondisi yang terjadi disekolah tersebut,
maka peneliti merumuskan pertanyaan sebagai berikut : (1) Bagaimana
penerapan teknik dictogloss untuk meningkatkan kemampuan menyimak siswa
pada pembelajaran tematik di SD Negeri 17 Rejang Lebong? (2) Apakah
penerapan teknik dictogloss dapat meningkatkan kemampuan menyimak siswa
pada pembelajaran tematik di SD Negeri 17 Rejang Lebong?
Adapun tujuan dari penelitian ini
yakni untuk : (1)Untuk mengetahui penerapan teknik dictogloss
untuk meningkatkan kemampuan menyimak siswa pada pembelajaran tematik di SD Negeri 17
Rejang Lebong ? (2) Untuk mengetahui apakah penerapan teknik
dictogloss dapat meningkatkan kemampuan menyimak siswa pada pembelajaran
tematik di SD Negeri 17
Rejang Lebong ?
Lafal dictogloss berawal dari lafal english dan
terdapat beberapa maksud dari lafal tersebut, misalnya dictate beserta dicto
yang berarti imla’ serta dikte. Lafal dictogloss berawal dari lafal
english dan terdapat beberapa maksud dari lafal tersebut, misalnya dictate
beserta dicto yang berarti imla’ serta dikte. Lafal dictogloss adalah sebuah
model dalam pengajaran menyimak yang membuat siswa menjadi lebih sering
berkomunikasi dengan teman lainnya. Biasanya dalam pembelajaran tipe ini, siswa
diajarkan untuk mengkomunikasikan kembali setiap aspek yang telah guru jelaskan
atau dengan kata lain guru mendikte siswa dan kemudian setiap siswa menjelaskan
kata perkata secara kolektif serta menjelaskan kembali cerita yang telah
didiktekan sebelumnya.
Menyimak adalah
tingkatan mendengar yang paling tinggi karena selain mendengarkan, dalam
menyimak juga dibutuhkan unsur pemahaman. Selain mendengarkan materi yang
disampaikan, dalam kegiatan menyimak siswa juga harus memahami materi yang
disampaikan dengan baik (Djago Tarigan, 2005). Sedangkan
menurut Kamidjan dan Suyono (2012) menyimak adalah suatu proses mendengarkan lambang-lambang bahasa
lisan dengan sungguh-sungguh dan penuh
perhatian, pemahaman, apresiatif yang disertai dengan pemahaman makna
komunikasi secara nonverbal.
METODOLOGI
Pada karya ilmiah ini penulis menggunakan PTK (Clasroom Action Research) sebagai jenis penelitian, yang
berfokus pada kegiatan kelas. Pengertian
PTK (Penelitian Tindakan Kelas) pendapat ahli,
Menurut Kurt Lewin penelitian tindakan kelas adalah suatu rangkaian langkah
yang terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan
refleksi. Menurut Carr dan Kemis, adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri (self reflectife) yang dilakukan oleh
partisipan dalam situasi sosial untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran.
Dari pendapat
para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini dimanfaatkan untuk melihat sejauh mana perkembangan yang
dimiliki oleh siswa baik itu dalam ranah kognif, afektif maupun psikomotorik.
Seseorang guru yang dapat meningkatkan perkembangan siswanya yaitu ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal ini sangat tergantung pada tindakan
guru pada saat proses pembelajaran, model dan teknik pembelajaran apa yang ia
gunakan.
Penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan dikelas V SD Negeri 17 Rejang
Lebong,
dilaksanakan oleh peneliti dengan model generatif yang bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan berpikir
rasional siswa dalam proses pembelajaran melalui suatu tindakan tertentu
dalam siklus.
Penelitian
yang berjudul “Penerapan Teknik Dictogloss Untuk Meningkatkan Kemampuan
Menyimak Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Negeri 17 Rejang Lebong”. Dilaksanakan di kelas V SD Negeri 17 Rejang
Lebong. Penelitian ini di lakukan dari bulan Agustus – Desember 2019.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dilaksanakan 2 siklus ditambah dengan kegiatan prasiklus dan paska siklus,
setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan yaitu : 1) perencanaan (planning), 2 Pelaksanaan Tindakan ( Action), 3) Observasi ( Observation), dan 4) Refleksi (Reflection), Refleksi dalam tiap siklus
akan berulang kembali pada siklus berikutnya ( Arikunto, 2012).
Pada awalnya aktivitas yang dilakukan adalah perencanaan, namun karena keempat komponen
tersebut berfungsi dalam satu kegiatan yang berupa siklus maka
untuk selanjutnya masing-masing berperan
secara berkesinambungan.
Pengumpulan data merupakan sumber
terpenting saat penelitian ilmiah dan keberhasilannya
sangat dipengaruhi oleh teknik yang digunakan, untuk mendapatkan data yang diperlukan. Sedangkan instrument yang diterapkan untuk pengumpulan data pada penelitian
tindakan kelas ini sebagai berikut: (1) Observasi
memilki manfaat sebagai Teknik evaluasi untuk
menilai kegiatan-kegiatan belajar. Hal-hal
yang dilakukan secara komprehensif dan berkesinambungan dan mendapatkan hal
yang ingin dinilai dengan cara melaukan pengamatan merupakan pemahaman dari apa
itu observasi. Peneliti sebagai orang yang mengamati hal-hal yang terkait
dengan kegiatan KBM yang terjadi dikelas, maka peneliti menjadikan observasi
ini sebagai sumber yang harus dianggap penting dari data penelitian. Dengan
adanya observasi ini maka sebuah penelitian akan menjadi lebih sempurna apalagi
penelitianini adalah penelitian tindakan. Hal-hal yang berhubungan dengan siswa
akan menjadi tempat untuk melakukan penelitian. Observasi diartikan sebagai pengalaman dan
pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.
Observasi yang di lakukan adalah observasi
langsung di mana penelitian yang di lakukan
terhadap objek di tempat atau berlangsungnya peristiwa sehingga observer
berada bersama objek yang di selidiki. Lembar observasi ada dua yaitu: Lembar obseverasi guru, di gunakan pada saat melaksanakan
proses pembelajaran, tujuan untuk mengetahui atau melihat bagaimana aktivitas
guru didalam proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran generatif. Lembar observasi siswa, di
gunakan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, observasi pada
siswa ini bertujuan untuk mengetahui atau melihat aktivitas dari kegiatan siswa
selama mengikuti kegiatan. (2) Test adalah alat pengukur data dalam
sebuah penelitian. Tes sebagai penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan kepada siswa untuk mendapatkan jawaban dari siswa dalam bentuk lisan,
tertulis atau perbuatan. Secara umum tes adalah “pertanyaan yang menutut siswa
menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan
dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan”.
Berdasarkan kesimpulan diatas
dapat disimpulkan bahwa tes adalah alat pengukur data dan pertanyaan-pertanyaan
yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa agar
mendapatkan jawaban dari siswa dalam bentuk tertulis atau perbuatan. Lembar ini
diterapkan untuk memperoleh pencapaian hasil
belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia. (3) Dokumentasi
adalah “mengumpulkan data dengan cara mengalirkan data-data dari catatan,
dokumentasi, administrasi yang sesuai dengan masalah yang diteliti”.
Dokumentasi adalah cara pengambilan data-data. Dokumentasi
adalah sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian baik berupa
tertulis, gambar (foto), dan karya-karya monumental, yang semuanya dapat memberikan informasi bagi proses
penelitian. Dokumentasi yang diambil dari penelitian
ini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), data hasil belajar siswa,
lembar kerja siswa, daftar hadir beserta gambar (foto) pada saat proses belajar
mengajar berlangsung siswa kelas V SD Negeri 17 Rejang Lebong. Data nilai
diambil sebagai pembanding nilai hasil belajar siswa pada pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Dictogloss.
Data tes dilakukan dengan
menggunakan nilai rata-rata. Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila
siswa memperoleh nilai > 68.
Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila presentase ketuntasan belajar
mencapai 80 % dan nilai rata-rata kelasnya mendapat nilai > 68 ke
atas. Untuk mengatahui perbedaan hasil belajar pencapaian pemahaman konsep
belajar siswa pada siklus I, II, serta presentase ketuntasan belajar.
HASIL
PENELITAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Siklus 1 dilaksanakan pada
tanggal 02 Agustus 2019 dikelas V SD Negeri 17 Rejang
Lebong melalui teknik digtogloss. Penelitian
dilaksanakan tidak keluar dari konteks bahasan yangs sesuai dengan pembelajaran kelas V SD. Pertemuan ke 1 siklus
I berisikan penyampaian materi tentang teks cerita rakyat “Asal Mula Danau Toba”. Di lanjutkan dengan pemberian
latihan secara kelompok dan individu, semua dilakukan melalui teknik digtogloss. Di akhir pertemuan siklus I siswa
diberikan soal tes dari pembelajaran yang sudah dilaksanakan yang telah
disiapkan oleh peneliti.
Dari hasil yang ditemukan penulis
paparkan bahwa sejumlah siswa yang belum mencapai standar masih lebih banyak
dibanding siswa yang telah mencapai KKM, Dari jumlah 23 siswa, 12 anak didik sudah mencapai KKM, 11 orang belum
mampu sampai KKM. Hal yang didapat dalam siklus yang telah dilaksanakan ini
adalah pada nilai yang cukup baik. Ini didapat dari hasil nyata/ nilai murni
sswa pada kelas V yaitu 80 dan nilai terendah 35 sehingga persentase
ketuntasan yang didapat sebesar 52% dan belum mampu mencapai KKM adalah 48%.
Jadi melalui kesimpulan tersebut, maka penulis harus melanjutkan ke tahap
berikutnya karena belum mencapai target yang distandarkan. Nilai persentase
keberhasilan tersebut harus mencapai 75% atau mencapai nilai KKM yaitu 75 jika
dapat dikatakan berhasil atau meningkat.
Untuk menilai aktivitas guru
selama pembelajaran berlangsung digunakan lembar observasi yang sesuai dengan
teknik digtogloss dalam pembelajaran. Pengamat memberikan penilaian
berdasarkan kriteria penilaian lembar observasi pada aspek-aspek pengamatan
yang terdiri dari 3 aspek penilaian aktifitas guru. Berdasarkan
hasil analisis data observasi dapat diketahui bahwa secara umum
kegiatan peneliti belum sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, dapat
dilihat bahwa nilai observasi aktiftas guru pada siklus 1 jumlah skor rata-rata yang diperoleh adalah
43. Sedangkan Persentase rata-rata dari pengamat 1 dan pengamat 2 adalah 60%. Hasil
ini menunjukan aktifitas guru dalam menerapkan
teknik digtogloss, dari data yang diperoleh dari 2 pengamat terhadap
aktifitas guru adalah cukup. Diketahui bahwa hasil dari penjumlahan seluruh siklus 1 dengan rata-rata sebesar 43. Untuk itu, dapat dilihat dari data
bahwa angka 43 terdapat pada skor 32 – 45 dan tergolong pada tingkat
kategori yang ”Cukup”. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwasannya kemampuan menyimak siswa pada pembelajaran
setelah menerapkan teknik digtogloss adalah cukup, karena dapat dilihat
dari tabel standar penilaian dan peresentase pelaksanaan siklus 1.
Pada tahap Observasi
aktivitas siswa pada siklus 1 jumlah
skor rata-rata yang diperoleh adalah 41,5. Sedangkan Persentase rata-rata dari
pengamat 1 dan pengamat 2 adalah 58%. Hasil
ini mununjukan aktivitas siswa dalam menerapkan teknik digtogloss, dari data yang diperoleh dari 2
pengamat terhadap aktifitas siswa termasuk kriteria Cukup .
Peneliti melakukan refleksi
dengan mengevaluasi proses pembelajaran yang telah dilakukan untuk mengetahui
peningkatan kemampuan menyimak siswa. Hasil
penilaian dari kemampuan menyimak dalam
pembelajaran mengalami peningkatan yaitu dengan
persentase 60% dari hasil penilaian pada siklus I yaitu dengan persentase 30%.
Namun peningkatan tersebut belum dinilai baik oleh peneliti karena dalam kriteria
keberhasilan dalam penelitian ini yaitu 75% siswa telah mencapai nilai
rata-rata di atas KKM. Selain peningkatan tersebut, beberapa kekurangan muncul
pada saat pelaksanaan tindakan. Berdasarkan deskripsi data pada siklus I,
perencanaan yang dilakukan pada siklus II yakni memberikan
pembelajaran yang lebih intensif kepada siswa yang masih belum tepat menetukan
unsur-unsur dalam cerita, memberikan motivasi, dorongan, kepada
siswa agar siswa berani untuk berbicara di depan kelas, dan memberikan
arahan agar siswa lebih aktif menjadi peserta diskusi agar cara berpikir
rasional yang telah dimiliki siswa dapat terlihat.
Pelaksanaan pembelajaran siklus
II dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober 2019. Secara garis besar pelaksanaan
siklus II berlangsung baik, tetapi masih dalam penyampaian materi dengan
bahasan sub pokok yang sama yaitu ceita rakyat namun dengan cerita yang berbeda
yaitu Bawang Putih dan Bawang Merah”. Di akhir
pertemuan siklus II siswa diberikan soal tes pembelajaran bahasa Indonesia yang telah disiapkan oleh
peneliti. Diketahui bahwa jumlah siswa yang tuntas lebih banyak dibandingkan siswa yang belum
tuntas. Dari jumlah 23 siswa, 19 orang sudah
mencapai KKM, dan 4 siswa belum berhasil mencapai KKM. Itu berarti pada
kegiatan pembelajaran di siklus II mengalami peningkatan yang signifikan hal
tersebut dibuktikan dengan nilai yang di peroleh siswa, nilai tertinggi yang
diperoleh siswa kelas V yaitu 90 dan nilai terendah adalah 60 sehingga persentase ketuntasan yang diperoleh sebesar 80% dan belum
tuntas 20%. Hal ini berarti bahwa penerapan teknik digtogloss dalam meningkatkan kemampuan menyimak siswa dikatakan tuntas dan meningkat.
Pada tahap observasi peneliti
memakai 2 orang sebagai observer. Observer pertama adalah guru kelas V, dan
observer kedua adalah teman sejawat. Untuk
menilai aktivitas guru selama pembelajaran berlangsung digunakan lembar
observasi yang sesuai dengan teknik digtogloss dalam
pembelajaran bahasa indonesia. Pengamat memberikan penilaian
berdasarkan kriteria penilaian lembar observasi pada aspek-aspek pengamatan
yang terdiri dari 4 aspek penilaian aktifitas guru.
Hasil lembar observasi aktifitas
guru pada siklus II dapat diketahui
bahwa secara umum kegiatan peneliti sudah sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan, meskipun masih ada beberapa indikator yang masih kurang
peningkatan. Dapat dilihat bahwa nilai observasi aktiftas guru pada siklus II
jumlah skor rata-rata yang diperoleh adalah 60. Sedangkan Persentase rata-rata
dari pengamat 1 dan pengamat 2 adalah 83%. Hasil
ini menunjukan aktifitas guru dalam menerapkan
teknik digtogloss , dari data yang diperoleh dari 2 pengamat terhadap
aktivitas guru termasuk kriteria Baik. Berdasarkan data yang ditemukan, diketahui bahwa hasil dari penjumlahan
seluruh siklus II dengan rata-rata sebesar 60.
Untuk itu, dapat dilihat dari tabel diatas bahwa angka 60 terdapat pada skor 60–72 dan tergolong pada tingkat
kategori hasil belajar yang” Sangat
Baik”. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwasannya kemampuan menyimak siswa setelah
menerapkan teknik digtogloss adalah sangat baik, karena dapat dilihat
dari tabel standar penilaian dan peresentase pelaksanaan hasil belajar Siklus
II.
Untuk melihat aktivitas belajar
siswa selama pembelajaran berlangsung digunakan lembar observasi yang sesuai
dengan pembelajaran menggunakan teknik digtogloss. Hasil
lembar observasi aktivitas siswa pada siklus II, skor
rata-rata yang diperoleh adalah 61,5. Sedangkan Persentase rata-rata dari
pengamat 1 dan pengamat 2 adalah 85,5%. Hasil
ini mununjukkan aktivitas siswa dalam menerapkan teknik digtogloss, dari data yang diperoleh terhadap 2
pengamat saat aktifitas siswa termasuk kriteria sangat Baik. diketahui bahwa
hasil dari penjumlahan seluruh siklus II dengan rata-rata sebesar 61,5. Untuk itu, dapat dilihat dari data
diatas bahwa angka 61,5 terdapat pada
skor 60 - 72 dan tergolong pada
tingkat kategori hasil belajar yang ”Sangat
Baik”. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwasannya kemampuan menyimak siswa setelah
menerapkan teknik digtogloss adalah
sangat baik, karena dapat dilihat dari tabel standar penilaian dan peresentase
pelaksanaan hasil belajar Siklus II.
Berdasarkan hasil observasi pada
siklus II, kemampuan menyimak siswa meningkat.
Siswa sudah berani mencurahkan pendapatnya, siswa dapat bekerja sama dan
berdiskusi dengan anggota kelompoknya dengan baik. Siswa sudah tidak malu untuk
berbicara di depan kelas. Hasil
penilaian tes pembelajaran bahasa indonesia siswa
pada siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa kemampuan menyimak meningkat yaitu sebanyak 82% siswa telah
mencapai taraf keberhasilan minimal 75%. Peningkatan ini dirasa sudah cukup
maksimal oleh peneliti maupun guru, karena sudah memenuhi kriteria keberhasilan
yang telah ditentukan. Oleh karena itu, penelitian tidak perlu dilanjutkan
kesiklus berikutnya.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian
mulai dari siklus I sesuai nilai kemampuan
menyimak siklus
I, siklus II dapat dijelaskan kemampuan
menyimak siswa meningkat setelah penerapan teknik digtogloss.
Peningkatan terlihat dari skor rata-rata yang diperoleh sebesar pada siklus I
43% dan meningkat lagi menjadi 82%
pada siklus II. Peningkatan kemampuan menyimak siswa pada pembelajaran
bahasa indonesia dilihat dari hasil ketuntasan belajar setiap siklusnya, dimana
pada pada siklus I sudah mengalami peningkatan dengan persentase mencapai 60%
dan pada siklus II pembelajaran sudah tuntas atau berhasil itu berarti
keterampilan berpikir rasional siswa meningkat dengan penerapan teknik digtogloss,
persentase ketuntasannya mencapai 80%. Meskipun pada siklus II ini masih terdapat
4 orang yang belum tuntas karena mendapatkan nilai dibawah KKM yang seharusnya
yaitu 75. Dengan adanya peningkatan setiap
siklusnya itu berarti kemampuan
menyimak
siswa meningkat dengan menerapkan teknik digtogloss.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
analisis data yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa
kesimpulan,diantaranya adalah : (1)Kemampuan
menyimak khususnya tentang cerita rakyat setelah
diterapkan teknik digtogloss
pada mata pelajaran bahasa indonesia kelas V di SD Negeri 17
Rejang Lebong pada materi “Asal mula danau toba” dan “bawang putih dan bawang
merah” yang dilakukan selama 2 siklus melalui tahap-tahap perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi terdapat peningkatan kemampuan menyimak siswa pada siklus I rata-rata sebesar 60,30 dan presentase ketuntasan belajar
sebesar 43%. Pada siklus II kemampuan menyimak siswa meningkat
dengan rata-rata sebesar 75,22 dan
presentase ketuntasan belajar sebesar 82%. (2) Penerapan
teknik digtogloss
pada
mata pelajaran bahasa indonesia di
kelas V di SD Negeri 17 Rejang Lebong tentang cerita rakyat yang dilakukan selama 2 siklus
dapat meningkatjkan kemampuan menyimak siswa
yang dibuktikan dengan hasil pengamatan lembar observasi siswa yaitu, dari
siklus I didapat ketuntasan belajar siswa secara klasikal 58% dan meningkat
menjadi 85,5% pada siklus II.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian
tersebut, maka penelitian memiliki saran sebagai berikut : (1)Pihak
sekolah terutama guru bidang studi bahasa
indonesia
tentang pentingnya penerapan teknik
pembelajaran dictogloss untuk meningkatkan kemampuan menyimak bahasa indonesia pada
siswa kelas V. (2) Pada saat melakukan proses pembelajaran
guru harus lebih memperluas wawasan dan pengembangan Pendidikan khususnya guru-guru
bahasa indonesia agar dapat lebih mengembangkan
metode pembelajaran dengan baik. (3) Diharapkan seorang pendidik selalu menerima
dengan baik hambatan belajar yang dialami siswa dan mencari cara pemecahan
masalahnya dengan selalu semangat untuk berusaha mengatasai hambatan belajar
pada peningkatan kemampuan menyimak anak salah satunya melalui penerapan teknik
pembelajaran dictogloss.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi, Penelitian
Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012)
Azies
dan Alwasilah, Pengajaran Bahasa Komunikatif Teori dan Praktek,
(Bandung: PT Remja Rosdakarya, 2008)
Carr.
W. & Kemmis, S. (1986) Becoming Critical; Education, knowledge and Action
Research. Brighton, Sussex: Falmer Press.
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Depdikbud
dalam Trianto, Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif-Progrsif: Konsep, Landasan dan Implementasi pada
Kurikulum Tingkat Kesatuan Pendidikan (KTSP). (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010)
Djago Tarigan, dkk, Materi
Pokok Pendidikan Keterampilan Berbahasa Modul 1-12,
Kamidjan
dan Suyono , Pelatihan TerintegrasI. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005) Kolaboratif, (Bandung : Penerbit Nusa
Media, 2012)
Kurt
Lewin M. Keller, 1992, Instructional Design Theory and Models : An Overview of
Their Current Status, Charles M. Regeluth (ed), Lawrence Erlbaum Associates,
London
Tidak ada komentar:
Posting Komentar