Pengikut

Kamis, 26 Maret 2020

CERBUNG LEWAT WA

Curup, 26 Mei 2020
Himbauan Diam di Rumah ( 4)

Sri Sugiastuti

"Ibu doakan semua baik-baik saja ya! Aku tetap ke Bekasi karena sudah komitmen sejak awal dan harus ke sana." Kalimat itu jadi senjata anak Bu Kanjeng yang tanggal 19 Maret nekat ke Bekasi dengan transportasi KA Ekonomi Bengawan.

Bagaimana perasaan Bu Kanjeng? Dalam situasi KLB virus Covid 19 dan Himbauan Diam di Rumah tetapi ia tidak bisa mencegah anaknya bepergian ke luar kota. Ia sudah meminta dengan berbagai cara untuk membatalkan rencananya. Tetapi sang anak tetap kekeh harus berangkat. Wabah Virus Covid 19 tidak bisa menghalangi cinta sang anak pada kekasihnya.

Berbekal doa dan tekad yang bulat sang anak menuju stasiun Purwosari dan melanjutkan perjalanan ke Bekasi. Bu Kanjeng dengan kepasrahannya hanya bisa menitipkan sang anak pada  Sang Khalik yang menguasai jagad raya. Sang Khalik yang maha Berkehendak, termasuk jatuhnya daun kering dari dahan pohon.

Sang anak pun dalam pantauan Bu Kanjeng. Ia bawakan 1 set minuman instan jahe merah, protecal dan tablet generik parasetamol, juga masker. Berbekal doa dan niat yang kuat sampai lah sang anak di Bekasi. Rangkaian  kegiatan yang mereka susun sebelum wabah merebak ambyar semua.

Dalam memonitor anaknya dari jauh perasaan Bu Kanjeng tidak tenang. Rasa khawatir pasti ada. Ia rasakan menunggu hari begitu lama. Menuju tanggal 26 serasa seabad. Tiap 3 jam selalu vicall dan memastikan semua baik-baik saja. Bu Kanjeng pun berharap sang anak tidak naik KA seperti rencana semula. Bu Kanjeng lega saat sang anak posting foto tiket bus yang akan membawanya pulang.

Walaupun tiket bus yang dipegang jurusan Yogyakarta tak masalah. Berharap Bus lewat tol Solo dan sang anak bisa turun di Kartasura lalu dengan ojol bisa tiba di rumah. Rasa tak sabar menghantui batin Bu Kanjeng.

Di tengah kegalauan hati Bu Kanjeng menunggu pokedatangan anaknya dari bepergian, jelang magrib saat membuka WA sudah ramai berita duka muncul.  Berita yang mengabarkan bahwa ibunda presiden ke-7 Indonesia Bapak Joko Widodo meninggal dunia di usia 77 tahun. Beliau lbu Sudjiatmi Noto Miharjo seorang sosok ibu yang humble, sering nyebar rasa seneng dan berbagi.

Bu Kanjeng yang tinggal satu kelurahan dan tidak terlalu jauh dari rumahnya hanya bisa melantunkan doa. Tahun ini di bulan Ramadan besok sudah tidak bisa berjumpa lagi, karena hampir tiap Ramadan Eyang Noto selalu hadir di pengajian ibu-ibu masjid Al Fath dimana Bu Kanjeng yang menjembatani kehadiran beliau lewat komunitas pengajian yang ada di Solo.

Di TV hampir semua orang dekat atau pejabat teras menyampaikan kenangannya bersama Eyang Noto. Begitulah adanya ketika seseorang meninggal barulah tampak kebaikan dan kenangannya. Bu Kanjeng yakin kepergian beliau memang sudah takdir bukan karena terlalu prihatin ( ngenes) memikirkan anaknya sang presiden yang sedang diuji Allah dengan wabah virus Covid 19 yang melanda dunia.

Acara takziah pun pastinya terganjal dengan himbauan diam di rumah yang diperpanjang hingga tanggal 13 April 2020. Tidak akan ada iring-iringan para pentakziah dan pengantar sampai ke pemakaman. Pengumuman digelar agar masyarakat tetap di rumah saja.

Sambil membalas WA, Bu Kanjeng berusaha menenangkan pikirannya dengan berdoa. Semoga kedatangan anaknya tidak membawa masalah. Langkah dan citanya masih panjang. Yaa Allah hilangkanlah rasa was-was di hati Bu Kanjeng. Duhai Zat yang selalu membolak balikkan hati mudahkan hati ini agar tetap Iman dan bersyukur dengan  segala ketetapan - Mu. Aamiin YRA.

Soloraya 26 Maret 2020

Bersambung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kenangan di Yogyakarta

  Jogya 14 Juli 2022 Salam literas @asnati