Pengikut

Sabtu, 29 Oktober 2022

Laporan Pengembangan Diri

 

PENERAPAN TEKNIK DICTOGLOSS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PADA MATA PELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS V SD NEGERI 17 REJANG LEBONG

 

Oleh:

Asnati, M.TPd

email: asnatisarip@gmail.com

 

Abstract: This research started from a problem with the listening ability of grade V students at SD Negeri 17 Rejang Lebong which is still below KKM 75 so it is necessary to update the learning technique by the teacher as a response to the weaker quality of student learning. This situation is because the teacher still uses conventional learning methods and models, causing boredom, boredom and reducing students' writing skills. On the other hand, according to the theory, dictogloss learning techniques can improve students' writing skills. This type of research is classroom action research (PTK) or (classroom action research). By using the dictogloss technique in learning Indonesian. The data collection technique in this study was carried out with 4 stages from planning, implementing, observing and reflecting. This research was conducted in class V SD Negeri 17 Rejang Lebong, totaling 23 students. The research variables used were observation, tests, documentation. Data analysis in this classroom action research used descriptive analysis. Based on the formulation of the problem that has been formulated, the writing ability of students before applying the dictogglos technique is still a lot of students who are under KKM. The results of research using dictogloss learning techniques can improve students' writing skills, this is evidenced by the average value in cycle I of 60.30 and cycle II of 75.22. While the percentage of completeness in the first cycle when using the Digtogloss learning technique, the value was 43% and in the second cycle was 82%.

 

Keywords: Digtogloss Technique, Writing Ability

 

abstrak: Penelitian ini di mulai dari masalah pada kemampuan menyimak siswa kelas V di SD Negeri 17 Rejang Lebong masih dibawah KKM 75 sehingga perlu dilakukannya pembaharuan teknik pembelajaran oleh guru sebagai respon semakin lemahnya kualitas belajar siswa. Keadaan ini dikarenakan guru masih menggunakan metode serta model pembelajaran yang konvensional sehingga menimbulkan kejenuhan, kebosanan dan menurunkan kemampaun menulis siswa. Di sisi lain menurut teori bahwa teknik pembelajaran dictogloss dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau (classroom action research). Dengan menggunakan teknik dictogloss dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilaksanakan dengan 4 tahapan dari perencanaan, pelaksannan, observasi dan refleksi. Penelitian ini dilakukan dikelas V SD Negeri 17 Rejang Lebong , berjumlah 23 siswa. Variabel penelitian yang digunakan adalah observasi, tes, dokumentasi. Analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan analisis deskriptif. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan, kemampuan menulis siswa sebelum menerapkan teknik dictogglos masih banyak siswa yang di bawah KKM. hasil penelitian dengan teknik pembelajaran dictogloss dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa, hal ini dibuktikan dari nilai rata-rata pada siklus I sebesar 60,30 dan pada siklus II sebesar 75,22. Sedangkan presentase ketuntasan siklus I saat menggunakan teknik pembelajaran digtogloss diperoleh nilai sebesar 43% dan pada siklus II sebesar 82%.

 

Kata kunci : Teknik Digtogloss, Kemampuan Menulis.

 

PENDAHULUAN

Pembelajaran Bahasa Indonesia pada hakikatnya untuk mengajarkan keterampilan dalam berbahasa bukan tentang Bahasa. Kemampuan yang dapat dimiliki saat pelajaran berbahasa Indonesia adalah keterampilan reseptif (mampu mendengarkan dan membaca) dan keterampilan produktif (dapat menulis dan berbicara). Pengajaran berbahasa dimulai dari pelajaran keterampilan reseptif, tetapi keterampilan produktif akan meningkat pada tiap tahapan yang dilakukan.

Pelajaran bahasa Indonesia di SD Negeri 17 Rejang Lebong kelas V belum mengalami perkembangan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tidak dapat dipungkiri bahwa siswa beranggapan jika bidang studi bahasa indonesia adalah pelajaran yang sulit untuk dipahami. Peneliti melaksanakan observasi pada siswa kelas V tentang pembelajaran bahasa Indonesia dan siswa itu menjawab bahwa pelajaran bahasa indonesia ini lumayan sulit jika ingin dipahami, karena siswa menganggap belajar bahasa indonesia sulit, jadi siswa kurang aktif saat pengajaran Bahasa Indonesia. Banyak anak yang belum bisa memahami dan membaca penjelasan dari konsep-konsep materi yang diberikan guru. Faktor yang menjadikan siswa malas belajar Bahasa Indonesia dikelas hal ini terdapat pada pribadi anak itu sendiri diantaranya, sikap kurang memperhatikan pembelajaran, minat belajar rendah, motivasi belajar rendah, suasana belajar dirumah kurang kondusif. Selain itu terdapat faktor yang ada pada guru yaitu penyajian materi pengajaran kurang menarik, metode pembelajaran tidak bervariasi atau masih monoton, media pembelajaran jarang digunakan. Melakukan pembelajaran yang lebih terfokus pada guru, karena guru memberikan informasi dan siswa merupakan penerima pengetahuan yang pasif sehingga tugas siswa hanya sebagai penerima informasi.

Dari data kemampuan menyimak siswa kelas V SD Negeri 17 Rejang Lebong peneliti menyimpulkan bahwa teknik dictogloss agar menjadikan suatu pembaharuan bagi siswa siswa yang ingin belajar bahasa nasional dengan baik. Karena pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di KBM materi bahasa  harus didukung oleh keberadaan pendidik berupa mengetahui dan paham dengan teknik, model serta strategi apa yang cocok , dan  tujuannya yaitu agar peserta didik mampu dengan  mudah memahami setiap elemen yang terdapat didalam pendidikan bahasa.

Dengan adanya sugesti yang baik, yang ditanamkan oleh guru dengan berupa tauladan dan bahasa yang baik, akan membuat siswa tertarik untuk belajar tentang materi bahasa Indonesia. Diharapkan setelah adanya teknik ini di kelas maka kemampuan siswa dalam berpikir dapat  berkembang dengan baik serta siswa tertarik untuk belajar ini secara terus menurus. 

Pada dasarnya siswa sendiri mampu mengurangi  masalah-masalah diskusi terjadi didalam kelas dan menjadikan sistem pelajaran mampu mengajak siswa berkolaborasi dengan teman sejawatnya agar masalah tersebut dapat terselesaikan. Dengan adanya teknik ini diharapkan setiap peserta didik bisa mengembangkan sendiri potensi yang ada didalam dirinya, namun tetap dengan pengawasan dari guru.

Melakukan upaya agar dapat menjawab realita pembelajaran tersebut, maka dibutuhkan teknik pembelajaran yang membuat suasana menjadi menyenangkan dan keterbukaan. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa tujuan dari pendidikan itu sendiri tercantum bahwa setiap peserta didik harus mampu mengekspresikan setiap materi ajar yang telah ia dapatkan.  Dari sejumlah mata pelajaran yang memberikan sumbangan terbesar dalam menciptakan suasana kelas yang tidak kaku serta sikap guru yang menyenagkan  yaitu teknik dictogloss.

Sehingga desain suasana pelajaran yang demokratis, saling membelajarkan dan membahagiakan pun memberikan peluang lebih besar dalam memberdayakan potensi murid dengan optimal, selanjutnya menjadikan belajar belum menarik dapat diatasi. Melalui hal-hal yang telah dijelaskan sebelumnya, mak karya tulis ini penulis  susun dalam slah satu  penelitian  (PTK ) dengan judul “Penerapan teknik dictogloss untuk meningkatkan kemampuan menyimak pada mata pelajaran Tematik siswa kelas V SD Negeri 17 Rejang Lebong”

Dari latar belakang masalah, dapat di identifikasikan masalah sebagai berikut: rendahnya kemampuan menyimak siswa, terutama dalam hal menyimak cerita, kurang terampilnya siswa dalam mengikuti pembelajaran secara aktif,  bahkan disaat pembelajaran tergolong pasif, Guru menggunakan teknik konvensional ketika mengajar di kelas.

Agar penelitian ini lebih jelas serta mampu mengarahkan hal yang ingin diteliti serta mempermudah menjabarkan maslah tersebut.  Peneliti memberi batasan masalah yang terfokus pada penerapan teknik pembelajaran digtogloss untuk meningkatkan kemampuan menyimak siswa pada materi cerita rakyat, dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas V di SD Negeri 17 Rejang Lebong.

Dari penjabaran masalah serta kondisi yang terjadi disekolah tersebut, maka peneliti merumuskan pertanyaan sebagai berikut : (1) Bagaimana penerapan teknik dictogloss untuk meningkatkan kemampuan menyimak siswa pada pembelajaran tematik di SD Negeri 17 Rejang Lebong? (2) Apakah penerapan teknik dictogloss dapat meningkatkan kemampuan menyimak siswa pada pembelajaran tematik di SD Negeri 17 Rejang Lebong?

Adapun tujuan dari penelitian ini yakni untuk : (1)Untuk mengetahui penerapan teknik dictogloss untuk meningkatkan kemampuan menyimak siswa pada pembelajaran tematik di SD Negeri 17 Rejang Lebong ? (2) Untuk mengetahui apakah penerapan teknik dictogloss dapat meningkatkan kemampuan menyimak siswa pada pembelajaran tematik di SD Negeri 17 Rejang Lebong ?

Lafal dictogloss berawal dari lafal english dan terdapat beberapa maksud dari lafal tersebut, misalnya dictate beserta dicto yang berarti imla’ serta dikte. Lafal dictogloss berawal dari lafal english dan terdapat beberapa maksud dari lafal tersebut, misalnya dictate beserta dicto yang berarti imla’ serta dikte. Lafal dictogloss adalah sebuah model dalam pengajaran menyimak yang membuat siswa menjadi lebih sering berkomunikasi dengan teman lainnya. Biasanya dalam pembelajaran tipe ini, siswa diajarkan untuk mengkomunikasikan kembali setiap aspek yang telah guru jelaskan atau dengan kata lain guru mendikte siswa dan kemudian setiap siswa menjelaskan kata perkata secara kolektif serta menjelaskan kembali cerita yang telah didiktekan sebelumnya.

Menyimak adalah tingkatan mendengar yang paling tinggi karena selain mendengarkan, dalam menyimak juga dibutuhkan unsur pemahaman. Selain mendengarkan materi yang disampaikan, dalam kegiatan menyimak siswa juga harus memahami materi yang disampaikan dengan baik (Djago Tarigan, 2005). Sedangkan menurut Kamidjan dan Suyono (2012) menyimak adalah suatu proses mendengarkan lambang-lambang bahasa lisan dengan sungguh-sungguh dan penuh perhatian, pemahaman, apresiatif yang disertai dengan pemahaman makna komunikasi secara nonverbal.

 

METODOLOGI

Pada karya ilmiah ini penulis menggunakan PTK (Clasroom Action Research) sebagai jenis penelitian, yang berfokus pada kegiatan kelas. Pengertian PTK (Penelitian Tindakan Kelas) pendapat ahli, Menurut Kurt Lewin penelitian tindakan kelas adalah suatu rangkaian langkah yang terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Menurut Carr dan Kemis, adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri (self reflectife) yang dilakukan oleh partisipan dalam situasi sosial untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran.

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini dimanfaatkan untuk melihat sejauh mana perkembangan yang dimiliki oleh siswa baik itu dalam ranah kognif, afektif maupun psikomotorik. Seseorang guru yang dapat meningkatkan perkembangan siswanya yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal ini sangat tergantung pada tindakan guru pada saat proses pembelajaran, model dan teknik pembelajaran apa yang ia gunakan.

Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dikelas V SD Negeri 17 Rejang Lebong, dilaksanakan oleh peneliti dengan model generatif yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berpikir rasional siswa dalam proses pembelajaran melalui suatu tindakan tertentu dalam siklus.

Penelitian yang berjudul “Penerapan Teknik Dictogloss Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Negeri 17 Rejang Lebong”. Dilaksanakan di kelas V SD Negeri 17 Rejang Lebong. Penelitian ini di lakukan dari bulan Agustus – Desember 2019.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan 2 siklus ditambah dengan kegiatan prasiklus dan paska siklus, setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan yaitu : 1) perencanaan (planning), 2 Pelaksanaan Tindakan ( Action), 3) Observasi ( Observation), dan 4) Refleksi (Reflection), Refleksi dalam tiap siklus akan berulang kembali pada siklus berikutnya ( Arikunto, 2012).

Pada awalnya aktivitas yang dilakukan adalah  perencanaan, namun karena keempat komponen tersebut berfungsi dalam satu kegiatan yang berupa siklus maka untuk selanjutnya masing-masing berperan secara berkesinambungan.

Pengumpulan data merupakan sumber terpenting saat penelitian ilmiah dan keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh teknik yang digunakan, untuk mendapatkan data yang diperlukan. Sedangkan instrument yang diterapkan untuk pengumpulan data pada penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut: (1) Observasi memilki manfaat sebagai Teknik evaluasi untuk menilai kegiatan-kegiatan belajar. Hal-hal yang dilakukan secara komprehensif dan berkesinambungan dan mendapatkan hal yang ingin dinilai dengan cara melaukan pengamatan merupakan pemahaman dari apa itu observasi. Peneliti sebagai orang yang mengamati hal-hal yang terkait dengan kegiatan KBM yang terjadi dikelas, maka peneliti menjadikan observasi ini sebagai sumber yang harus dianggap penting dari data penelitian. Dengan adanya observasi ini maka sebuah penelitian akan menjadi lebih sempurna apalagi penelitianini adalah penelitian tindakan. Hal-hal yang berhubungan dengan siswa akan menjadi tempat untuk melakukan penelitian. Observasi diartikan sebagai pengalaman dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi yang di lakukan adalah observasi langsung di mana penelitian yang di lakukan terhadap objek di tempat atau berlangsungnya peristiwa sehingga observer berada bersama objek yang di selidiki. Lembar observasi ada dua yaitu: Lembar obseverasi guru, di gunakan pada saat melaksanakan proses pembelajaran, tujuan untuk mengetahui atau melihat bagaimana aktivitas guru didalam proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran generatif. Lembar observasi siswa, di gunakan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, observasi pada siswa ini bertujuan untuk mengetahui atau melihat aktivitas dari kegiatan siswa selama mengikuti kegiatan. (2) Test adalah alat pengukur data dalam sebuah penelitian. Tes sebagai penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapatkan jawaban dari siswa dalam bentuk lisan, tertulis atau perbuatan. Secara umum tes adalah “pertanyaan yang menutut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan”.

Berdasarkan kesimpulan diatas dapat disimpulkan bahwa tes adalah alat pengukur data dan pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa agar mendapatkan jawaban dari siswa dalam bentuk tertulis atau perbuatan. Lembar ini diterapkan untuk memperoleh pencapaian hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. (3) Dokumentasi adalah “mengumpulkan data dengan cara mengalirkan data-data dari catatan, dokumentasi, administrasi yang sesuai dengan masalah yang diteliti”. Dokumentasi adalah cara pengambilan data-data. Dokumentasi adalah sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian baik berupa tertulis, gambar (foto), dan karya-karya monumental, yang semuanya dapat memberikan informasi bagi proses penelitian. Dokumentasi yang diambil dari penelitian ini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), data hasil belajar siswa, lembar kerja siswa, daftar hadir beserta gambar (foto) pada saat proses belajar mengajar berlangsung siswa kelas V SD Negeri 17 Rejang Lebong. Data nilai diambil sebagai pembanding nilai hasil belajar siswa pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Dictogloss.

Data tes dilakukan dengan menggunakan nilai rata-rata. Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila siswa memperoleh nilai > 68. Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila presentase ketuntasan belajar mencapai 80 % dan nilai rata-rata kelasnya mendapat nilai > 68 ke atas. Untuk mengatahui perbedaan hasil belajar pencapaian pemahaman konsep belajar siswa pada siklus I, II, serta presentase ketuntasan belajar.

 

HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 02 Agustus 2019 dikelas V SD Negeri 17 Rejang Lebong melalui teknik digtogloss. Penelitian dilaksanakan tidak keluar dari konteks bahasan yangs sesuai dengan  pembelajaran kelas V SD. Pertemuan ke 1 siklus I berisikan penyampaian materi tentang teks cerita rakyat “Asal Mula Danau Toba”. Di lanjutkan dengan pemberian latihan secara kelompok dan individu, semua dilakukan melalui teknik digtogloss. Di akhir pertemuan siklus I siswa diberikan soal tes dari pembelajaran yang sudah dilaksanakan yang telah disiapkan oleh peneliti.

Dari hasil yang ditemukan penulis paparkan bahwa sejumlah siswa yang belum mencapai standar masih lebih banyak dibanding siswa yang telah mencapai KKM, Dari jumlah 23 siswa, 12 anak didik sudah mencapai KKM, 11 orang belum mampu sampai KKM. Hal yang didapat dalam siklus yang telah dilaksanakan ini adalah pada nilai yang cukup baik. Ini didapat dari hasil nyata/ nilai murni sswa pada kelas V yaitu 80 dan nilai terendah 35 sehingga persentase ketuntasan yang didapat sebesar 52% dan belum mampu mencapai KKM adalah 48%. Jadi melalui kesimpulan tersebut, maka penulis harus melanjutkan ke tahap berikutnya karena belum mencapai target yang distandarkan. Nilai persentase keberhasilan tersebut harus mencapai 75% atau mencapai nilai KKM yaitu 75 jika dapat dikatakan berhasil atau meningkat.

Untuk menilai aktivitas guru selama pembelajaran berlangsung digunakan lembar observasi yang sesuai dengan teknik digtogloss dalam pembelajaran. Pengamat memberikan penilaian berdasarkan kriteria penilaian lembar observasi pada aspek-aspek pengamatan yang terdiri dari 3 aspek penilaian aktifitas guru. Berdasarkan hasil analisis data observasi dapat diketahui bahwa secara umum kegiatan peneliti belum sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, dapat dilihat bahwa nilai observasi aktiftas guru pada siklus 1  jumlah skor rata-rata yang diperoleh adalah 43. Sedangkan Persentase rata-rata dari pengamat 1 dan pengamat 2 adalah 60%. Hasil ini menunjukan aktifitas guru dalam menerapkan teknik digtogloss, dari data yang diperoleh dari 2 pengamat terhadap aktifitas guru adalah cukup. Diketahui bahwa hasil dari penjumlahan seluruh siklus 1 dengan rata-rata sebesar 43. Untuk itu, dapat dilihat dari data bahwa angka 43 terdapat pada skor 32 – 45 dan tergolong pada tingkat kategori yang ”Cukup”. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwasannya kemampuan menyimak siswa pada pembelajaran setelah menerapkan teknik digtogloss adalah cukup, karena dapat dilihat dari tabel standar penilaian dan peresentase pelaksanaan siklus 1.

Pada tahap Observasi aktivitas siswa pada siklus 1 jumlah skor rata-rata yang diperoleh adalah 41,5. Sedangkan Persentase rata-rata dari pengamat 1 dan pengamat 2 adalah 58%.        Hasil ini mununjukan aktivitas siswa dalam menerapkan teknik digtogloss, dari data yang diperoleh dari 2 pengamat terhadap aktifitas siswa termasuk kriteria Cukup .

Peneliti melakukan refleksi dengan mengevaluasi proses pembelajaran yang telah dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan menyimak siswa. Hasil penilaian dari kemampuan menyimak dalam pembelajaran mengalami peningkatan yaitu dengan persentase 60% dari hasil penilaian pada siklus I yaitu dengan persentase 30%. Namun peningkatan tersebut belum dinilai baik oleh peneliti karena dalam kriteria keberhasilan dalam penelitian ini yaitu 75% siswa telah mencapai nilai rata-rata di atas KKM. Selain peningkatan tersebut, beberapa kekurangan muncul pada saat pelaksanaan tindakan. Berdasarkan deskripsi data pada siklus I, perencanaan yang dilakukan pada siklus II yakni memberikan pembelajaran yang lebih intensif kepada siswa yang masih belum tepat menetukan unsur-unsur dalam cerita, memberikan motivasi, dorongan, kepada siswa agar siswa berani untuk berbicara di depan kelas, dan memberikan arahan agar siswa lebih aktif menjadi peserta diskusi agar cara berpikir rasional yang telah dimiliki siswa dapat terlihat.

Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober 2019. Secara garis besar pelaksanaan siklus II berlangsung baik, tetapi masih dalam penyampaian materi dengan bahasan sub pokok yang sama yaitu ceita rakyat namun dengan cerita yang berbeda yaitu Bawang Putih dan Bawang Merah”. Di akhir pertemuan siklus II siswa diberikan soal tes pembelajaran bahasa Indonesia yang telah disiapkan oleh peneliti. Diketahui bahwa jumlah siswa yang tuntas lebih banyak dibandingkan siswa yang belum tuntas. Dari jumlah 23 siswa, 19 orang sudah mencapai KKM, dan 4 siswa belum berhasil mencapai KKM. Itu berarti pada kegiatan pembelajaran di siklus II mengalami peningkatan yang signifikan hal tersebut dibuktikan dengan nilai yang di peroleh siswa, nilai tertinggi yang diperoleh siswa kelas V yaitu 90 dan nilai terendah adalah 60 sehingga persentase ketuntasan yang diperoleh sebesar 80% dan belum tuntas 20%. Hal ini berarti bahwa penerapan teknik digtogloss dalam meningkatkan kemampuan menyimak siswa dikatakan tuntas dan meningkat.

Pada tahap observasi peneliti memakai 2 orang sebagai observer. Observer pertama adalah guru kelas V, dan observer kedua adalah teman sejawat. Untuk menilai aktivitas guru selama pembelajaran berlangsung digunakan lembar observasi yang sesuai dengan teknik digtogloss dalam pembelajaran bahasa indonesia. Pengamat memberikan penilaian berdasarkan kriteria penilaian lembar observasi pada aspek-aspek pengamatan yang terdiri dari 4 aspek penilaian aktifitas guru.

Hasil lembar observasi aktifitas guru pada siklus II      dapat diketahui bahwa secara umum kegiatan peneliti sudah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, meskipun masih ada beberapa indikator yang masih kurang peningkatan. Dapat dilihat bahwa nilai observasi aktiftas guru pada siklus II jumlah skor rata-rata yang diperoleh adalah 60. Sedangkan Persentase rata-rata dari pengamat 1 dan pengamat 2 adalah 83%. Hasil ini menunjukan aktifitas guru dalam menerapkan teknik digtogloss , dari data yang diperoleh dari 2 pengamat terhadap aktivitas guru termasuk kriteria Baik. Berdasarkan data yang ditemukan, diketahui bahwa hasil dari penjumlahan seluruh siklus II dengan rata-rata sebesar 60. Untuk itu, dapat dilihat dari tabel diatas bahwa angka 60 terdapat pada skor 60–72 dan tergolong pada tingkat kategori hasil belajar yang” Sangat Baik”. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwasannya kemampuan menyimak siswa setelah menerapkan teknik digtogloss adalah sangat baik, karena dapat dilihat dari tabel standar penilaian dan peresentase pelaksanaan hasil belajar Siklus II.

Untuk melihat aktivitas belajar siswa selama pembelajaran berlangsung digunakan lembar observasi yang sesuai dengan pembelajaran menggunakan teknik digtogloss. Hasil lembar observasi aktivitas siswa pada siklus II, skor rata-rata yang diperoleh adalah 61,5. Sedangkan Persentase rata-rata dari pengamat 1 dan pengamat 2 adalah 85,5%. Hasil ini mununjukkan aktivitas siswa dalam menerapkan teknik digtogloss, dari data yang diperoleh terhadap 2 pengamat saat aktifitas siswa termasuk kriteria sangat Baik. diketahui bahwa hasil dari penjumlahan seluruh siklus II dengan rata-rata sebesar 61,5. Untuk itu, dapat dilihat dari data diatas bahwa angka 61,5 terdapat pada skor 60 - 72 dan tergolong pada tingkat kategori hasil belajar yang ”Sangat Baik”. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwasannya kemampuan menyimak siswa setelah menerapkan teknik digtogloss adalah sangat baik, karena dapat dilihat dari tabel standar penilaian dan peresentase pelaksanaan hasil belajar Siklus II.

Berdasarkan hasil observasi pada siklus II, kemampuan menyimak siswa meningkat. Siswa sudah berani mencurahkan pendapatnya, siswa dapat bekerja sama dan berdiskusi dengan anggota kelompoknya dengan baik. Siswa sudah tidak malu untuk berbicara di depan kelas. Hasil penilaian tes pembelajaran bahasa indonesia siswa pada siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa kemampuan menyimak meningkat yaitu sebanyak 82% siswa telah mencapai taraf keberhasilan minimal 75%. Peningkatan ini dirasa sudah cukup maksimal oleh peneliti maupun guru, karena sudah memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditentukan. Oleh karena itu, penelitian tidak perlu dilanjutkan kesiklus berikutnya.

 

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian mulai dari siklus I sesuai nilai kemampuan menyimak siklus I, siklus II dapat dijelaskan kemampuan menyimak  siswa meningkat setelah penerapan teknik digtogloss. Peningkatan terlihat dari skor rata-rata yang diperoleh sebesar pada siklus I 43% dan meningkat lagi menjadi  82%  pada siklus II. Peningkatan  kemampuan menyimak siswa pada pembelajaran bahasa indonesia dilihat dari hasil ketuntasan belajar setiap siklusnya, dimana pada pada siklus I sudah mengalami peningkatan dengan persentase mencapai 60% dan pada siklus II pembelajaran sudah tuntas atau berhasil itu berarti keterampilan berpikir rasional siswa meningkat dengan penerapan teknik digtogloss, persentase ketuntasannya mencapai 80%. Meskipun pada siklus II ini masih terdapat 4 orang yang belum tuntas karena mendapatkan nilai dibawah KKM yang seharusnya yaitu 75. Dengan adanya peningkatan setiap siklusnya itu berarti kemampuan menyimak siswa meningkat dengan menerapkan teknik digtogloss.

 

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan,diantaranya adalah : (1)Kemampuan menyimak khususnya tentang cerita rakyat setelah diterapkan teknik digtogloss  pada mata pelajaran bahasa indonesia kelas V di SD Negeri 17 Rejang Lebong pada materi “Asal mula danau toba” dan “bawang putih dan bawang merah” yang dilakukan selama 2 siklus melalui tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi terdapat  peningkatan kemampuan menyimak siswa pada siklus I rata-rata sebesar 60,30 dan presentase ketuntasan belajar sebesar 43%. Pada siklus II kemampuan menyimak siswa meningkat dengan rata-rata sebesar 75,22 dan presentase ketuntasan belajar sebesar 82%. (2) Penerapan teknik digtogloss pada mata pelajaran bahasa indonesia di kelas V di SD Negeri 17 Rejang Lebong tentang cerita rakyat yang dilakukan selama 2 siklus dapat meningkatjkan kemampuan menyimak siswa yang dibuktikan dengan hasil pengamatan lembar observasi siswa yaitu, dari siklus I didapat ketuntasan belajar siswa secara klasikal 58% dan meningkat menjadi 85,5% pada siklus II.

 

Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka penelitian memiliki saran sebagai berikut : (1)Pihak sekolah terutama guru bidang studi bahasa indonesia tentang pentingnya penerapan teknik pembelajaran dictogloss untuk meningkatkan kemampuan menyimak bahasa indonesia pada siswa kelas V. (2) Pada saat melakukan proses pembelajaran guru harus lebih memperluas wawasan dan pengembangan Pendidikan khususnya guru-guru bahasa indonesia agar dapat lebih mengembangkan metode pembelajaran dengan baik. (3)  Diharapkan seorang pendidik selalu menerima dengan baik hambatan belajar yang dialami siswa dan mencari cara pemecahan masalahnya dengan selalu semangat untuk berusaha mengatasai hambatan belajar pada peningkatan kemampuan menyimak anak salah satunya melalui penerapan teknik pembelajaran dictogloss.

 

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012)

Azies dan Alwasilah, Pengajaran Bahasa Komunikatif Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remja Rosdakarya, 2008)

Carr. W. & Kemmis, S. (1986) Becoming Critical; Education, knowledge and Action Research. Brighton, Sussex: Falmer Press.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Depdikbud dalam Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progrsif: Konsep, Landasan dan Implementasi pada Kurikulum Tingkat Kesatuan Pendidikan (KTSP). (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010)

Djago Tarigan, dkk, Materi Pokok Pendidikan Keterampilan Berbahasa Modul 1-12,

Kamidjan dan Suyono , Pelatihan TerintegrasI. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005) Kolaboratif, (Bandung : Penerbit Nusa Media, 2012)

Kurt Lewin M. Keller, 1992, Instructional Design Theory and Models : An Overview of Their Current Status, Charles M. Regeluth (ed), Lawrence Erlbaum Associates, London

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Langkah Baru

  Langkah Baru Harapan Baru Karya. Asnati Setelah sunyi langkah terhenti  Terkurung dalam diam sepi  Kini ku melangkah, hati berseri  Kembal...