PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN
MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR
IPA SISWA SDN 17 REJANG LEBONG.
Asnati
( asnatisarip@gmail.com )
Abstract:The research purposed to
know 1. Descreption to exactly activity learning at student grade VI in SDN
17 Rejang Lebong.2.Descreption to exactly
finally learning at student grade VI in SDN 17 Rejang Lebong. This research is action research classroom
with subjek research one teacherand student grade VI SDN 17 Rejang Lebong,in
whole of activity include three siklus research. The research are doing in
January to April 2014. The Reasearch
planning include teacher and student grade VI are whole activity include of,
(1) once reflection, (2) planning action, (3) action activity, (4) observation,
(5) Reflectyand rekomendation, (6) evaluatingand revision (7) conelusion of evaluation. The asembly data with observation, dokumentasionand test.
Analisation Technic with analised data
needed analitationlearning, student activity and deferens proces. Analitation
technic data is student activitywith used triangulation metod , activity student and learning
with test analised with descriptif. Learning inquiry model with power
point medias canaprouce activity learning student. Learning inquiry model can
improving have learning student.
Key word : Inquiry Learning
model, power point, activity
A. Latar Belakang
Masih cukup banyak guru yang memakai metode konvensional
dalam melaksanakan pembelajaran. Tentu metode konvensional tersebut bukan satu
kesalahan, tetapi kalau terus-menerus dipakai maka dapat dipastikan suasana
pembelajaran berjalan secara monoton tanpa ada variasi. Oleh karena itu, sudah
sepantasnya guru mengembangkan metode pembelajaran yang digunakan dalam proses
pembelajaran yang lebih variatif dan menantang, terlebih lagi jika dikaitkan dengan
upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPA.
Pada prinsipnya, metode inkuiri merupakan metode pembelajaran interaktif karena
menekankan pada keterlibatan aktif siswa selama proses pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka alasan utama pemilihan metode inkuiri karena selama proses pembelajaran
berlangsung sesudah guru menyajikan materi pelajaran, siswa diberikan waktu
beberapa saat untuk menghafal materi pelajaran yang telah diberikan, agar dapat
menjawab pertanyaan yang diajukan guru pada saat inkuiri berlangsung. Mengingat dalam inkuiri, hukuman (punishmen)
dapat diberlakukan, misalnya siswa disuruh menyanyi, berpuisi, atau
hukuman-hukuman yang sifatnya positif dan menumbuhkan motivasi belajar siswa.
Dengan demikian, pembelajaran dengan m0del pembelajaran inkuiri
murni berorientasi pada aktivitas individu siswa yang dilakukan dalam bentuk
menemukan konsep.
Berdasarkan latar
belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran inkuiri Dengan Menggunakan Media Power point Untuk Meningkatkan Aktivitas dan
Hasil Belajar IPA Siswa SDN 17
Rejang Lebong”
B. KAJIAN TEORETIK
1.
Pengertian
Hasil belajar
Abdurrahman (2003:37)
mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah
melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari
seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan tingkah laku
yang relatif menetap. Anak yang berhasil belajar adalah yang berhasil mencapai
tujuan pembelajaran.
Sudjana (2001:86) menyatakan bahwa tes merupakan
kegiatan yang dilakukan siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes
tertulis), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan).
Syaiful Bahri Djamarah &
Aswan Zain (2005:106) mengatakan bahwa muntuk mengukur dan mengevaluasi
tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi
belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat
digolongkan ke dalam beberapa jenis penilaian, yaitu tes formatif, tes
subsumatif, dan tes sumatif.
Tes formatif adalah penilaian
yang digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya
serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk
memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu.
2. Hasil Belajar IPA
Hasil
belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri atas dua kata yaitu “ hasil
“ dan “ belajar “ yang memiliki arti yang berbeda. Oleh karena itu untuk
memahami lebih mendalam mengenai makna hasil belajar, akan dibahas dulu
pengertian “ hasil “ dan “ belajar”. Menurut Djamarah (2000: 45), hasil adalah
prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara
individu maupun kelompok. Hasil tidak akan pernah dihasilkan selama orang tidak
melakukan sesuatu. Untuk menghasilkan sebuah prestasi dibutuhkan perjuangan dan
pengorbanan yang sangat besar. Hanya dengan keuletan, sungguh–sungguh, kemauan
yang tinggi dan rasa optimisme dirilah yang mampu untuk mancapainya.
Sementara itu, Arikunto ( 1990:133) mengatakan bahwa hasil
belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu
tampak dalam perbuatan yang dapat diaamati,dan dapat diukur”. Nasution ( 1995 :
25) mengemukakan bahwa hasil adalah suatu perubahan pada diri individu.
Perubahan yang dimaksud tidak halnya perubahan pengetahuan, tetapi juga
meliputi perubahan kecakapan, sikap, pengrtian, dan penghargaan diri pada
individu tersebut.
Menurut
Chaplin, pengertian hasil belajar adalah : “Hasil belajar merupakan suatu
tingkatan khusus yang diperoleh sebagai hasil dari kecakapan kepandaian,
keahlian dan kemampuan di dalam karya akademik yang dinilai oleh guru atau
melalui tes prestasi” (1992: 159). Pendapat Chaplin di atas mengandung
pengertian bahwa prestasi itu hakikatnya berupa perubahan perilaku pada
individu di sekolah, perubahan itu terjadi setelah individu yang bersangkutan
mengalami proses belajar mengajar tertentu.
Hasil
belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia ingin menerima pengalaman
belajar atau yang optimal yang dapat dicapai dari kegiatan belajar di sekolah
untuk pelajaran. Hasil belajar seperti yang dijelaskan oleh Poerwadarminta
(1993 : 768) adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan). Pengertian hasil
belajar menurut pendapat Buchari (1986 : 94) adalah hasil yang dicapai atau
ditonjolkan oleh anak sebagai hasil belajarnya, baik berupa angka atau huruf
serta tindakannya yang mencerminkan hasil belajar yang dicapai masing-masing
anak dalam periode tertentu.
Nasution
(1972:45) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan anak didik
berdasarkan hasil dari pengalaman atau pelajaran setelah mengikuti program
belajar secara periodik. Dengan selesainya proses belajar mengajar pada umumnya
dilanjutkan dengan adanya suatu evaluasi.
3.
Pengertian
Aktifitas belajar
Sardiman (1994:95) mengatakan
bahwa dalam belajar sangat diperlukan adannya aktivitas belajar. Tanpa adanya
aktivitas, belajar itu tidak mungkin berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam
belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa
dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal-hal yang belum jelas, mencatat,
mendengar, berpikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat
menunjang prestasi belajar.
4.
Pengertian
Model Pembelajaran Inkuiri
Pendekatan inkuiri adalah suatu pendekatan yang berusaha
mendorong siswa untuk belajar dengan sebagian besar melalui keterlibatan aktif
dalam menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dengan melakukan berbagai
percobaan. Dasar pikirannya adalah pengetahuan itu merupakan proses dan bukan
suatu produk. Dengan pendekatan ini, siswa termotivasi untuk mengetahui dan
melanjutkan pekerjannya hingga menemukan jawabannya.
.
5.
Pengertian Microsoft Power Point
Microsoft Power
Point merupakan salah satu aplikasi Microsoft, disamping Microsoft Word dan
Microsoft Exel yanh telah dikenal banyak orang. Ketiga aplikasi ini lazim
disebut Microsoft Office. Pada dasarnya, aplikasi Microsft Power Point
berfungsi untuk membantu user dalam menyajikan persentasi. Aplikasi Power Point
menyediakan fasiltas slide untuk menampung pokok-pokok pembicaraan yang akan
disampaikan pada peserta didik. Dengan fasilitas animasi, suatu slide dapat
dimodifikasi dengan menarik. Begitu juga dengan adanya fasilitas front picture,
sound dan effect dapat dipakai untuk membuat suatu slide yang bagus. Bila
produk slide ini di sajikan, maka para pendengar dapat ditarik perhatiannya
untuk menerima apa yang kita sampaikan kepada peserta didik.
C.
Hasil
penelitian dan pembahasan
Sebagaimana telah direncanakan, bahwa Model inkuiri dengan menggunakan
media power point terdiri atas tiga tahapan,yakni pembukaan,inti, dan penutup.
Hasil observasi
meunjukkan bahwa sosok pembelajaran yang diharapkan prosesnya dapat
meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya lokal dan hasil belajar belum
dapat dikembangkan secara optimal.Tidak semua rencana tindakan yang
direncanakan dapat dilaksanakan. Sebagai contoh, guru masih melakukan
pembelajaran yang tidak menjadikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sebagai
acuan yang perlu dijadikan referensi pembelajaran. Hal ini terjadi karena guru
masih melaksanakan pembelajaran dengan gaya lama, yakni mendominasi sehingga
siswa menjadi objek yang pasif, bukan subjek yang aktif. Sementara alat, media dan
sumber yang disiapkan belum sepenuhya dimanfaatkan guru dalam pembelajaran.
Kondisi lain yang tampak adalah penggunaan waktu yang belum efisien , khususnya
dalam situasi peralihan antara pembelajaran klasikan dengan kelompok. Pada saat
ini siswa terlihat ribut dan tidak terkendali dengan baik sehingga memakan
waktu yang lama.
Dampak dari kondisi di
atas, keterlibatan siswa menjadi kurang
optimal. kurangya keterlibatan siswa ini ditunjukkan dari hasil observasi
kelas. Hanya sebagian kecil (10,26) siswa yang terlibat aktif dalam proses
pembelajaran yang berkaitan dengan tradisi tabot. Sementara siswa yang aktif
secara penuh dalam diskusi utuk mecari solusi hanya 35,90%. Sementara hasil
belajar kelas masih menunjukkan indikator yang rendah, yakni rata-rata kelas
59, masih jauh dari indikator keberhasilan ketuntasan belajar klasikal yang
ditentukan.
Hasil observasi aktivitas siswa pada
siklus I yang dilaksanakan pada kelas PTK adalah sebagai berikut :
Tabel 1 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
Pada Kelas PTK
No. |
Pengamat I |
Pengamat II |
Rata - Rata |
1 |
21,9 |
24,3 |
23,1 |
Jumlah skor rata –
rata kelas PTK =. 23,1 Kategori .Cukup
Berdasarkan hasil
observasi terhadap aktifitas siswa diperoleh hasil rata- rata 23,1 hal tersebut
menunjukkan adanya criteria cukup, akan tetapi ada kekurangan pada indikator/
aspek aktivitas siswa di kelas yaitu
pada saat siswa memperhatikan penjelasan guru, siswa mengerjakan soal, siswa
membuat catatan, siswa menggambar rangkaian alat dan bahan praktikum, siswa
melakukan percobaan, siswa menanggapi pendapat atau pertanyaan dan siswa
menanyakan hal - hal yang belum diketahui.
Sedangkan
pada kategori cukup untuk kelas PTK
terdapat pada indikator
siswa membaca buku sumber IPA, siswa memperhatikan pendapat orang lain, siswa
mengajukan pertanyaan, siswa menjawab pertanyaan, siswa berdiskusi, siswa
mendengarkan penjelasan guru, siswa membuat laporan hasil diskusi, siswa
membuat catatan, dan siswa mengingat pelajaran.
Hasil
belajar siswa pada siklus I setelah dilakukan analisis pencapaian pembelajaran
dapat diamati sebagai berikut :
Tabel 2.
Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I
No.
|
Pengamatan |
Skor |
|
Pretest |
postest |
||
1 |
Jumlah
|
89 |
143 |
2 |
Nilai tertinggi |
5 |
7 |
3 |
Nilai terendah |
3 |
5 |
4 |
Rata
– rata kelas |
3,7 |
5,9 |
5 |
Prosentase
Ketuntasan Klasikal |
0% |
29,17% |
Berdasarkan
hasil belajar pada siklus I yang terjadi di kelas PTK diperoleh nilai yang belum memuaskan. Hal ini
terlihat pada hasil belajar untuk kelas PTK pada penilaian pre test hanya
terdapat rata- rata kelas sebesar 3,7 dengan nilai tertinggi 5 dan nilai terendah 3. Ketuntasan belajar pada
awal pembelajaran masih 0%. Sedangkan
setelah dilakukan pembelajaran dan dilakukan penilaian akhir (posttest)
rata- rata kelas meningkat menjadi 5,9 dengan skor terendah 5 dan skor
tertinggi 7. Ketuntasan belajar siswa pada kegiatan postes sebesar 29,17%
dimaan terdapat 7 siswa yang telah mendapat nilai 7 ke atas atau mencapai KKM
yang telah ditentukan.
Hal-hal yang belum tercpai pada siklus I
adalah :
1.
Guru
tidak menjadikan RPP sebagai acuan dalam mengiplemetasikan MPTBB.Pada tahap
pendahuluan,dalam proses curah pendapat untuk menggali pegalaman siswa,guru
tidak fokus pada tema yang telah direncakan, yakni gaya dan gerak.
2.
Curah Pendapat berlangsung meluas pada tema-tema
lainnya yang semestinya dibahas pada pertemuan lain.
3.
Siswa belum
memperoleh kejelasan tentang tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
4.
Aktivitas siswa
belum dikembangkan sesuai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Siswa
lebih banyak memperhatikan penjelasan guru sehingga kesan yang terlihat
pembelajaran berlangsung lebih monoton dan guru lebih banyak aktivitasnya dibandingkan aktivitas siswa yang mana pada pembelajaran
inquiri siswa harus lebih aktif dalam pembelajaran.
Pada siklus keterlibatan siswa menjadi cukup optimal. Keterlibatan siswa ini
ditunjukkan dari hasil observasi kelas. Sebagian kecil (10,26) siswa yang
terlibat kurang aktif dalam proses pembelajaran. Sementara siswa yang aktif
secara penuh dalam diskusi untuk mecari solusi meningkat menjadi 89,74%.
Sementara hasil belajar kelas masih menunjukkan indikator yang cukup tinggi,
yakni rata-rata kelas 7,2 telah mengalami peningkatan dan mendekati
ketercapaian dari indikator keberhasilan ketuntasan belajar klasikal yang
ditentukan.
Hasil observasi aktifitas siswa pada
siklus II yang dilaksanakan pada kelas PTK
dan kelas PTK adalah
sebagai berikut :
Tabel 3. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus
II Pada Kelas PTK
No. |
Pengamat I |
Pengamat II |
Rata - Rata |
1 |
42,8 |
43,8 |
43,4 |
Jumlah skor kelas PTK =. 43,8 Kategori
baik
Berdasarkan hasil
observasi terhadap keaktifan siswa diperoleh hasil pengamatan yang menunjukkan
adanya criteria cukup baik pada
indicator keaktifan siswa di kelas PTK yaitu pada saat siswa memperhatikan
penjelasan guru, sisw mengerjakan soal, siswa membuat catatan, siswa menggambar
rangkaian alat dan bahan praktikum, siswa melakukan percobaan, siswa menanggapi
pendapat atau pertanyaan dan siswa menanyakan hal - hal yang belum diketahui.
Hasil belajar siswa pada siklus II dapat diamati sebagai berikut :
Tabel 4.
Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II
No.
|
Pengamatan |
Skor |
||
Pretest |
postest |
|||
1 |
Jumlah
|
109 |
179 |
|
2 |
Nilai tertinggi |
5 |
8 |
|
3 |
Nilai terendah |
3 |
6 |
|
4 |
Rata
– rata kelas |
4,54 |
7,46 |
|
5 |
Prosentase
Ketuntasan Klasikal |
0 |
95,83 |
|
Berdasarkan
hasil belajar pada siklus II yang terjadi pada kelas PTK diperoleh nilai yang cukup memuaskan. Hal ini
terlihat pada hasil belajar untuk kelas PTK pada penilaian pre test hanya
terdapat rata- rata kelas sebesar 4,54 dengan nilai tertinggi 5 dan nilai
terendah 3, untuk tingkat ketuntasan belajar 0% dan setelah dilakukan penilaian
akhir (posttest) rata- rata kelas meningkat menjadi 7,49 dengan nilai tertinggi 8 dan n ilai terendah 6
tingkat ketuntasan belajar 95,83%.
Berdasarkan hasil
diskusi dengan rekan sejawat yang membantu melaksanakan observasi, maka masih
ditemukan kelemahan yang ada pada siklus II sebagai berikut:
1.
Guru
telah menjadikan RPP sebagai acuan dalam mengiplemetasikan MPTBB. Pada tahap
pendahuluan,dalam proses curah pendapat untuk menggali pegalaman siswa tentang
tradisi tabot, guru belum sepenuhnya fokus pada tema yang telah direncakan,
yakni gaya dan gerak.
2.
Curah pendapat berlangsung masih agak meluas pada
tema-tema lainnya yang semestinya dibahas pada pertemuan lain.
3.
Pada tahap pendahuluan untuk mempersiapkan agar siswa
dapat fokus pada proses pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan masih belum sepenuhnya berhasil dicapai.
4.
Kegiatan
Siswa menyimak dalam pembelajaran masih kurang, kesempatan yang diberikan guru
belum direspon dengan baik.
Pada siklus III
perencanaan pembelajaran dilakukan dengan mempersiapkan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang terdiri dari komponen tema, tujuan pembelajaran
(kompetensi dasar dan indikator), materi pokok, kegiatan pembelajaran,sumber-alat
dan media, serta komponen penilaian.
Hasil observasi
menunjukkan bahwa pembelajaran yang diharapkan prosesnya dapat meningkatkan
apresiasi siswa terhadap budaya lokal dan hasil belajar telah dapat
dikembangkan secara baik dan optimal. Semua rencana tindakan yang direncanakan
dapat dilaksanakan walaupun belum semuanya sempurna. Guru dapat melakukan
pembelajaran yang menjadikan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran sebagai acuan yang perlu dijadikan referensi
pembelajaran. Hal ini dapat menimbulkan suasana kelas
telah melaksanakan pembelajaran dengan gaya yang diharapkan yakni
memberikan perhatian pembelajaran sehingga
siswa menjadi subjek pembelajaran yang aktif. Sementara alat, media dan
sumber yang disiapkan dapat sepenuhya dimanfaatkan guru dalam pembelajaran.
Kondisi lain yang tampak adalah penggunaan waktu yang cukup efisien, khususnya
dalam situasi peralihan antara pembelajaran klasikan dengan kelompok. Pada saat
ini siswa dapat terkendali dengan sangat baik sehingga waktu yang digunakan jauh lebih efisien dan
efektif.
Keterlibatan siswa menjadi cukup optimal. Keterlibatan siswa ini
ditunjukkan dari hasil observasi kelas. hampir seluruh siswa telah dapat
melibatkan secara aktif dalam pembelajaran.
Sementara hasil belajar kelas masih menunjukkan indikator yang
meningkat, yakni rata-rata kelas 8,7 hal ini telah mengalami peningkatan
ketercapaian dari indikator keberhasilan ketuntasan belajar klasikal yang
ditentukan.
Hasil observasi aktivitas siswa pada
siklus III yang dilaksanakan pada kelas PTK
adalah sebagai berikut :
Tabel 5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III Pada Kelas PTK
No. |
Pengamat I |
Pengamat II |
Rata - Rata |
1 |
53,8 |
54,6 |
54,2 |
Jumlah skor
kelas PTK =. 54,2 Kategori sangat baik
Berdasarkan hasil
observasi terhadap keaktifan siswa diperoleh hasil pengamatan yang menunjukkan
adanya kriteria sangat baik pada
semua indicator keaktifan siswa di kelas
PTK , sedangkan kriteria yang masih dalam kategori baik pada semua komponen indikator keaktifan
siswa.
Hasil
belajar siswa pada siklus III dapat diamati sebagai berikut :
Tabel 6.
Hasil Belajar Siswa Pada Siklus III
No.
|
Pengamatan |
Skor |
||
Pretest |
postest |
|||
1 |
Jumlah
|
109 |
197 |
|
2 |
Nilai tertinggi |
5 |
9 |
|
3 |
Nilai terendah |
3 |
7 |
|
4 |
Rata
– rata kelas |
4,54 |
8,21 |
|
5 |
Prosentase
Ketuntasan Klasikal |
0 |
100% |
|
Berdasarkan
hasil belajar pada siklus III yang terjadi pada kelas PTK diperoleh nilai yang
cukup memuaskan. Hal ini terlihat pada hasil belajar untuk kelas PTK pada
penilaian pre test hanya terdapat rata- rata kelas sebesar 4,54 nilai tertinggi
5 dan nilai terendah 3. Setelah dilakukan penilaian akhir (posttest) rata- rata
kelas meningkat menjadi 8,21 dengan nilai tertinggi sebesar 9 dan nilai
terendah 7 dengan tingkat ketuntasan belajar 100%.
Tabel 7 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas
Siswa Pada Kelas PTK
Siklus |
Pengamat I |
Pengamat II |
Rata - Rata |
1 |
21,9 |
24,3 |
23,1 |
2 |
42,8 |
43,8 |
43,4 |
3 |
53,8 |
54,6 |
54,2 |
Pada siklus I
aktivitas siswa diperoleh hasil dengan
rata-rata 23,1 sedangkan siklus II aktivitas siswa diperoleh hasil dengan
rata-rata 43,4 dan pada siklus III aktivitas siswa diperoleh hasil dengan i
rata-rata 54,2.
Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa
Siklus |
Pengamatan |
Skor |
|
Pretest |
postest |
||
1 |
Rata
-
rata kelas |
3,70 |
5,90 |
2 |
Rata
-
rata kelas |
4,54 |
7,46 |
3 |
Rata
-
rata kelas |
4,54 |
8,21 |
Berdasarkan Tabel rekapitulasi hasil belajar siswa, hasil
belajar siswa pada siklus I diperoleh nilai rata-rata kelas pretest 3,70 dan
postest 5,90. Pada siklus II diperoleh nilai rata-rata kelas pretest 4,54 dan
postes 7,46 dan pada siklus III diperoleh nilai rata-rata kelas pretest 4,54
dan postest 8,21.
Hal-hal yang telah tercapai pada tahapan
aktivitas guru dan siswa pada siklus III
adalah sebagai
berikut:
1.
Guru
telah menjadikan RPP sebagai acuan dalam mengiplementasikan pembelajaran dengan
model pembelajaran inkuiri berbantuan media power point.
2.
Guru
dapat secara penuh meninggalkan gaya lamanya dalam pembelajaran, yakni gaya
yang menjadikan guru lebih dominan.
3.
Sumber,
alat dan media yang disediakan telah dimanfaatkan oleh guru dalam pembelajaran
secara tepat sasaran.
4.
Pengelolaan
kelas oleh guru sangat optimal sehingga menimbulkan efisien waktu dan tempat.
Penerapan model
pembelajaran Inquiri dalam pelaksanaan tindakan di kelas VI SDN 17 Rejang
Lebong dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa. Hal ini dapat dilihat pada
siklus I dimana berdasarkan angket observasi aktifitas siswa secara masih
terlalu rendah dengan rata – rata nilai sebesar 23,1 pada keadaan atau kategori
cukup hanya saja masih terdapat beberapa indicator yang masih di bawah kriteri
cukup. Pada siklus II setelah dilaksanakan
pembelajaran model inquiri dapat meningkat menjadi rata- rata sebesar 43,4 pada
kategori baik. Peningkatan ini membuktikan bahwa dengan model pembelajaran
inquiri siswa dapat mengalami peningkatan aktifitas yang dapat memacu
perkembangan mental siswa baik secara psikis maupun secara motorik. Pada siklus
III dimana siswa diberikan pembelajaran yang lebih baik lagi dengan pembenahan
– pembenahan pada kelemahan - kelemahan pembelajaran maka hasil observasi
keaktifian siswa meningkat menjadi rata - rata sebesar 54,2 dengan kategori baik.
Penerapan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik secara
kualitatif maupun kuantitatif. Peningkatan pembelajaran secara kuantitatif
dapat dilihat pada peningkatan hasil belajar siswa dimana pada siklus I hasil
belajar siswa rata – rata sebesar 5,9.
Hasil ini belum menunjukkan adanya tingkat ketuntasan yang diharapkan secara
klasikal. Hasil pada siklus I belum dapat dijadikan ukuran untuk menentukan
tingkat keberhasilan pada penerapan
terhadap upaya perbaikan menggunkan model pembelajaran yang diharapkan.
Pada siklus II hasil belajar siswa lebih meningkat
setelah dilakukan perbaikan pembelajaran dimana pada siklus II hasil belajar
siswa mengalami peningkatan rata - rata 7,46. Berdasarkan pengamatan pada
siklus II ini telah mengalami peningkatan hasil belajar setelah penerapan
pembelajaran model inkuiri dengan media power point. Peningkatan pembelajaran
ini dapat diperhatikan mulai dari kegiatan pembelajaran awal sampai dengan
kegiatan akhir. Penerapan pembelajaran ini juga meningkatkan hasil belajar yang
cukup signifikan.
Pada siklus III hasil belajar siswa lebih mengalami
keberhasilan peningkatan dengan nilai rata - rata siswa sebesar 8,21. Pada siklus III terlihat ketuntasan
klasikal sangat dapat dicapai dimana siswa secara klasikal didapat oleh siswa
kelas VI. Penerapan pembelajaran yang menerapkan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran inquiri dapat meningkatkan hasil belajar yang diperoleh melalui upaya
perbaikan pembelajaran.
Pada aspek hasil
belajar melalui pembelajaran inquiri pada kegiatan observasi siswa memperoleh
peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II dan lebih meningkat lagi
pada siklus III. kegiatan pembelajaran melalui penerapan PTK yang dilakukan
guru memberikan hasil belajar yang lebih baik jika dibandingkan dengan
pembelajaran sebelumnya. Peningkatan hasil belajar diperoleh bukan saja melalui
nilai hasil tes tetapi juga pada hasil belajar aspek lain. Peningkatan hasil
belajar siswa terbukti dimana pada siklus I siswa masih memperoleh rata- rata
yang rendah yaitu dengan nilai rata - rata sebesar 5,9 dapat meningkat pada
siklus II setelah dilaksanakan pembelajaran inquiri dengan media power point
yaitu dengan nilai rata – rata sebesar 7,46. Peningkatan ini juga dapat lebih
dioptimalkan melalui pembelajaran pada siklus III dimana pembelajaran telah
diperbaiki sesuai dengan refleksi yang dilakukan per siklus dan dikembangkan
agar lebih baik pada siklus selanjutnya. Hasil peningkatan belajar siswa pada
siklus III menjadi lebih baik lagi dimana hasil belajar siswa rata - rata
sebesar 8,21.
Dari uraian tersebut di
atas maka jelaslah bahwa pembelajaran
inkuiri dengan menggunakan
media power point dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar IPA di kelas
VI SDN 17 Rejang Lebong. Peningkatan pembelajaran bersifat menyeluruh dengan
mengaktifkan pembelajaran berbasis audiovisual. Penerapan pembelajaran juga
dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik dari segi afektif, kognitif maupun
psikomotor.
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil
penelitian di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam,
terutama dalam materi Gaya dan gerak, Energi Listrik dan Hemat energi, dengan
penerapan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan power point dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
2.
Setelah
diberikan pelajaran Ilmu Pengetahua Alam dengan materi Gaya dan gerak, Energi
Listrik dan Hemat energi dengan menggunakan media power point aktivitas anak
berkembang sesuai dengan kemampuan yang seharusnya dicapai oleh peserta didik.
3.
Penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan media power point
dapat berlangsung efektif dan dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Arif S. Sadiman, 1996. Media Pembelajaran Dan Strategi
Pembelajarannya.Jakarta : Gramedia Pess
Arikunto, Suharsimi, 2001. Metode Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif.
Jakarta: Alfabeta
Muhammad Yasa, 2008. Metode Pembelajaran Kontruktivisme dan
Penerapan dalam KBM.Bandung : Remaja Rosdakarya
Nasution, 2000.Metode Pembelajaran Naturalistik. Jakarta : Fajar Pustaka
Purwanto, dkk, 1998.Pendekatan - Pendekatan Pembelajaran dan
Implementasinya di Kelas.Malang :
Bintang Pelajar
Rifai, Muhammad, 2002. Konsep Dasar Pembelajaran Aktif di Sekolah
Menggunakan Pendekatan CTL.Bandung : Cipta Media
Robert, T Kagan, 2000. Strategi Belajar Mengajar Kooperative
Learning.Jakarta : PT Mulitama Media
Roestiyah, dkk. 2001. Metode Pembelajaran Dan Penerapan Dalam
Strategi Pembelajaran. Jakarta : Bintang Ilmu
Sagala, 2006.Strategi Pembelajaran dan Perkembangan Pembelajaran Di Kelas.
Jakarta: Universitas Terbuka
Sapri, Johanes, 2007. Diklat Penelitian Tindakan Kelas.
Bengkulu : FKIP UNIB
Sartono, dkk.2010.Media Pembelajaran Kooperatif.Bandung :
Bintang Pelajar
Sukmadinata, 2001.Belajar Mengajar. Jakarta Universitas
Terbuka
Syamsudin, Wismaia, 2007. Metode Penelitian Bahasa, Bandung :
Remaja Rosdakarya
Wahab, Abdul, 2002. Pembelajaran Kelas Rangkap Di Sekolah Dasar.
Jakarta : Universitas Terbuka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar