Pengikut

Jumat, 07 Mei 2021

Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan



Tanggal pertemuan   :  7 Mei  2021

Resume ke                : Ke 15

Tema                        : Proofeading Sebelum Menerbitkan Tulisan

Narasumber              : Susanto,S.Pd

Gelombang               : 18

         Materi kita hari ini akan dibawa oleh Bapak Susanto,S.Pd dengan tema Proofreading Sebelum Menerbitkan Buku. Pak Susanto yang akrab disapa dengan Pak.D ini merupakan  alumni Belajar menulis gelombang 15 dan guru di SDN Mardiharjo di Kab.Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan.

        Untuk memulai kegiatan ini, mari kita buka dengan berdoa bersama-sama agar acara kita dapat berjalan dengan lancar. Bagi yang beragama Islam mari kita buka dengan mengucapkan Bismillah hirrohmaannirrohiim. Beliau sebenanrnya bukan proofreader profesional atau editor profesional

         Namun beberapa teman di Grup menulis Omjay ini memberi kesempatan untuk membaca naskah-naskah mereka lalu saya diminta untuk mengedit tulisan beliau. Beberapa buku karya teman yang saya ikut di dalamnya sebagai editor di antaranya, tidak asing lagi dengan tokoh kita yang satu itu. Beliau meminta saya untuk mengedit tulisan sehingga naskah beliau siap cetak. Selain itu ada buku Karya Bu Herni Sunarya Banah (Gel. 17, kalau gak salah).  Lalu masih dalam proses, karya Pak Nasirun Ahmad,  dan satu lagi, Buku antologi karya Bapak dan Ibu Peserta Gelombang 18. Untuk si Merah, Beliau ikut mengusulkan judulnya dan alhamdulillaah, Bapak dan Ibu berkenan memilihnya. Karya beliau sendiri belum ada. Satu lagi, buku memoar masih ads dua Bab yang belum saya buat, dan sebenanrnya kelahirannya sudah ditunggu-tunggu Bu Kanjeng. Bidannya (Bunda Kanjeng) sudah siap, si jabang bayi (buku memoar saya) belum juga selesai 


        Beliau membaca artikel di beberapa website tentang proofreading. Intinya,"Proofreading" adalah aktivitas memeriksa kesalahan dalam teks dengan cermat sebelum dipublikasikan atau dibagikan. Kegiatan ini sesungguhnya adalah kegiatan akhir setelah tulisan selesa.  Hal itu sesuai dengan nasihat para pakar menulis, yakni: tulis saja jangan perdulikan teknis. Salah nggak papa mumpung ide masih mengalir. Jika sudah selesai, barulah kita lakukan editing. Begitu, bukan nasihat para narasumber di sini?

     Para guru blogger yang tergabung di komunitas menulis (termasuk kita di kelas menulis Omjay) biasanya “berlomba-lomba” untuk segera menerbitkan tulisan. Apalagi jika ada challenge seperti yang dimiliki oleh beberapa komunitas menulis. Maklum, sih. Jam “D” jatuh tempo penyetoran naskah kadang menjadi pertimbangan agar naskah segera dipublikasikan di blog kesayangan. Belum lagi jika ada reward bagi penulis resume tercepat. maksud hati membuat tulisan yang menarik, akibat kekurangcermatan dalam pengetikan tulisan di blog, tulisan menjadi berkurang nilai kemenarikannya.  Proofreading sangat penting. Ketimbang kita "menyewa" proofreader, lebih baik kita lakukan sendiri, 'kan?

             Perbedanya dengan mengedit adalah: Mengedit dan mengoreksi adalah langkah berbeda dalam proses merevisi teks. Pengeditan dapat melibatkan perubahan besar pada konten, struktur, dan bahasa, tetapi proofreading hanya berfokus pada kesalahan kecil dan inkonsistensi. Cerita pengalaman sedikit ketika mengedit naskah antologi Bapak dan Ibu

             Ada tulisan yang sudah bagus, uraian sesuai tema, struktur bahasanya bagus, kalimat yang digunakan tidak terlalu panjang, saya hanya melakukan proofreading pada tulisan tersebut. Misalnya kesalahan meletakkan tanda koma atau tanda baca lainnya. Namun tulisan yang masih "kacau" dari segi struktur, misalnya karena kalimatnya berupa kalimat majemuk yang terdiri dari banyak sekalai kalimat tunggal, biasanya saya lakukan proses editing.

Menurut "penerbitdeepublish" ada  beberap langkah dalam melakukan pengeditan dan proofreading.

1. Pengeditan Konten

2. Pengeditan Baris

3. Menyalin Pengeditan

4. Proofreading

langkah pertama.  Merevisi draf awal teks, seringkali membuat perubahan signifikan pada konten dan memindahkan, menambahkan atau menghapus seluruh bagian .

Langkah kedua. Merevisi penggunaan bahasa untuk mengomunikasikan cerita, ide, atau argumen seefektif mungkin. Ini mungkin melibatkan perubahan kata, frasa dan kalimat serta penyusunan ulang paragraf untuk meningkatkan aliran teks.

Langkah ketiga. Memoles kalimat individual untuk memastikan tata bahasa yang benar, sintaks yang jelas, dan konsistensi gaya. Salinan dari editor tidak mengubah konten teks, tetapi jika kalimat atau paragraf ambigu atau canggung, mereka dapat bekerja dengan penulis untuk memperbaikinya.

Yang keempat adalah Proofreading:

1.  Cek ejaan. Ejaan ini merujuk ke KBBI, tetapi ada beberapa kata yang mencerminkan gaya

      penerbit

2.  Pemenggalan kata-kata yang merujuk ke KBBI

3.  Konsistensi nama dan ketentuan

4.  Perhatikan judul bab dan penomorannya

        Melakukan proofreading sesungguhnya kita akan bertindak sebagai seorang “pembaca” dan menilai apakah karya tulis Anda sudah bisa, dimengerti atau justru berbelit-belit. Harapannya, setelah melewati tahapan proofreading, karya Anda bisa lebih mudah dipahami pembaca. Memperlakukan tulisan sebelum diterbitkan (dipublikasikan) di blog.  Kesalahan kecil yang tidak perlu misalnya typo atau kesalahan penulisan kata dan penyingkatan kata. Meskipun blog itu milik pribadi dan bebas, pembaca Anda juga harus diperhatikan. Tidak ada kesalahan penulisan (typo) akan membuat pembaca nyaman.

        Kesalahan kecil lainnya misalnya, memberi spasi (jarak) kata dan tanda koma, tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Tanda-tanda baca tersebut tidak boleh diketik terpisah dari kata yang mengikutinya. Cara mudah untuk memeriksanya (yang saya lakukan) adalah menekan tombol CTRL bersamaan dengan tombol huruf F (CTRL+F). Lalu, ketikkan tanda koma. Maka akan muncul highlight teks dengan warna kuning. Setelah itu kita periksa apakah ada kesalahan atau ada spasi antara kata dengan tanda koma. Hal yang sama lakukan pada tanda baca lainnya. Jika hal ini kita lakukan maka pos blog menjadi bersih dari kesalahan pengetikan.

             Kesalahan kecil lainnya yang biasa dilakukan adalah penulisan di- sebagai awalan dan di sebagai kata depan. Saya pribadi selalu “terganggu” jika kesalahan kecil ini ada dalam tulisan. Oleh karena itu perlu sedikit keterampilan untuk membedakan keduanya. Jika kata yang mengikuti di adalah verba atau kata kerja maka ditulis serangkai dan kata itu ada bentuk aktifnya yaitu jika diberi imbuhan me-. Aturan ejaan lainnya yang ada dalam PUEBI wajib kita pahami. Meskipun blog tidak mensyaratkan bahasa yang baku (kan suka-suka penulisnya) tetapi minimal wajib tahu dan menerapkan aturan-aturan yang dicontohkan. Kita cinta Bahasa Indonesia, ‘kan?

contoh dari salah satu tulisan :

Kalimat: Pada saat jam istirahat mengajar ada beberapa guru bercengkerama sambil minum teh yang disiapkan oleh petugas kantin yang biasa setiap hari menyajikan minuman bagi guru didalam ruang guru pada masing masing meja guru tersebut.

         Kalimat itu terdiri dari 34 kata.  Banyak kata maksimal yang disarankan (misalnya oleh YOAS SEO) adalah 20 kata. Maka kalimat tersbut perlu diedit kembali. Pada saat jam istirahat mengajar ada beberapa guru bercengkerama. Mereka bercengkerama sambil minum teh yang disiapkan oleh petugas kantin yang biasa setiap hari menyajikan minuman bagi guru di dalam ruang guru. Kalimat kedua sebenanrnya juga masih bisa diperpendek dengan membuang frasa di salam ruang guru, alat untuk melakukan proofreading (versi saya): 1. puebi daring; 2. kbbi daring.Insya Allah kami akan  proofreading untuk tulisan kami. Trimakasih Pak Susanto, OmJay, Bu Rita Wati.




Salam literasi

Asnati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kenangan di Yogyakarta

  Jogya 14 Juli 2022 Salam literas @asnati