Pengikut

Jumat, 21 Agustus 2020

Amati Tiru Modifikasi Untuk Perjuangan Menuju Prestasi



Sigit Suryono, S.Pd, M.Pd , mengajar di SMP Negeri 1 Wonosari Gunungkidul DIY dari tahun 2005 sampai sekarang. Beliau menyampaikan cerita melaui tulisan di wa nggih sambil mengingat tentang ,. Aktifitas nya sekarang sebagai duta rumah belajar kemdikbud, duta sains P4TKIPA, admin FB komunitas rumah belajar kemdikbud, Ketua MGMP IPA Kab. Gunungkidul, dan juga Pengurus PPII DIY mulai tahun 2020. Prestasi tertinggi yang beliau raih adalah sebagai Juara 1 Guru SMP Berprestasi tingkat Nasional tahun 2015 sehingga mendapat penghargaan penyerta seperti anugrah gubernur DIY, Penghargaan dari KEmdikbud dan juga Mendapat Satya Lencana bidang Pendidikan dari Presiden RI tahun 2016 dan mendapat kesempatan belajar singkat ke Australia tahun 2016.

Prestasi tersebut beliau raih melalui sebuah perjuang yang panjang diawali dari masa sekolah dimana beliau adalah siswa yang tidak pernah dianggap dan jauh dari prestasi, bahkan saat kuliah S1 di UNY hampir drop out dan lulus dalam masa 7 tahun  namun saat kuliah S1 ini nilai-nilai perjuangan, komunitas dan juga kerja keras bisa  di terapkan setelah bekerja menjadi Guru. Mengapa demikian karena saat menempuh kuliah S1 beliau ikut organisasi kemahasiswaan sampai senat fakultas, kemudian mempunyai usaha sablon dan juga rental komputer serta mengajar di beberapa sekolah walaupun belum selesai kuliah.

kegagalan dan rasa malu hilang saat beliau diterima menjadi pegawai negeri 1 SMP Negeri 1 Wonosari tahun 2005.  inilah semua ilmu dan juga pengalaman bisa saya terapkan dengan maksimal dan kesempatan akhirnya datang menghampiri ketika ada kegiatan pemilihan simposium guru tingkat propinsi DIY tahun 2006. saya mendapat kesempatan untuk mengikuti kegiatan tersebut walupun masih CPNS pada saat itu sementara peserta yang lainnya adalah guru-guru pengurus MGMP setiap mapel di DIY. Pengalaman menjadi peserta di Simposium tersebut membuat saya sudah belajar dari awal untuk ikut berkompetisi dengan para senior yang tentu sangat hebat dan sudah berpengalaman. Pengalaman dan ilmu yang mereka miliki saya catat dan pelajari serta saya mencoba melalukan  pola ATM (amati tiru Modifikasi).

Jadi untuk bisa menjadi orang yang berprestasi yang dibutuhkan adalah: 1. Belajar sejak dini dengan orang-orang hebat. 2. Pelajari ilmu dari orang-orang hebat tersebut dengan model ATM (amati tiru modifikasi) Model ATM ini bisa diterapkan dimanapun tempat dan keberadaan kita untuk berprestasi sesuai dengan bidang dan kemampuan kita masing-masing.  Bagi penulis maka untuk bisa menghasilkan buku yang hebat dekatlah dengan para penulis. Bagi para programer agar bisa hebat maka belajarlah dari para programer lewat hasil karya mereka. dan lain sebagainnya... tentu ini sangat penting bagi teman-teman guru untuk mengetahui karakter diri kita sendiri mau jadi seperti apa dan tentukan target dan startegi yang tepat.

Ketika simposium guru itulah banyak ilmu yang bisa di serap dan ikut mempengaruhi perjalanan karier saya sampai saat ini. Banyak hal yang bisa saya pelajari dari para ketua MGMP di seluruh propinsi DIY dan seluruh mapel yang hadir dalam kegiatan simposium tersebut. Antara lain yaitu: Untuk menjadi juara dalam kompetisi maka harus memiliki produk yang unggul dibandingkan dengan kompetitor yang lain. Hal ini bisa dilihat dari karya tulis yang baik, kemudian karya tersebut berupa hasil penelitian yang relevant dan tentu di dukung oleh data dan presentasi yang baik pula.

Dari pengalaman tersebut maka untuk mengikuti suatu kompetisi apapun itu hal yang utama adalah 1. Memiliki karya yang unggul, 2. Karya tulis ilmiah sesuai dengan gaya selingkungnya, 3. File Presentasi yang baik, 4. Kesiapan mental saat presentasi, 5. Fokus presentasi pada isi naskah dan tidak boleh melantur.

 

Dari cata-catatan diatas maka perlu dilakukan pendataan dan juga pengarsipan yang baik apalagi bagi teman-teman yang akan mengikuti ajang lomba guru berprestasi maka yang perlu dipersipakan yang paling utama adalah rekam jejak atau portofolio dari bapak ibu.  memiliki hampir semua surat undangan, surat tugas, dan juga bukti dokumentasi semua kegiatan sejak tahun 2006 s/d 2015 yang di arsipkan dari map dan di taruh di rak ruang kerja saya. itu sangat membantu saat proses mengikuti lomba guru berprestasi.

 

Keberhasilan sebagai juara 1 guru berprestasi tingkat nasional tidak serta merta langsung berhasil. sebenarnya selalu gagal di even-even sebelumnya. kalau di lihat dari curikulum vitae di atas sebelum juara 1 gupres saya 7 kali gagal dalam ajang prestasi yang lain di tingkat Nasional. seperti NITC tahun 2009 beliau gagal karena tulisan saya kurang bisa diterima oleh juri (kurang menggiit), Inobel 2009 karya media ysng  bagus sekali namun beliau gagal karena tidak fokus dalam mempresentasikan karya, saya malah menceritakan siapa beliau, yang akhirnya tidak fokus pada media yang harusnya di presentasikan. Tahun 2012 di ajang ki hajar kalah karena presentasi saya kalah dengan kompetitor, sedangkan tahun 2013 di ajang FIG saya kalah karena penelitian saya PTK hanya 1 siklus walaupun sudah saya bawakan buku yang membolehkan 1 siklus selesai asal masalah sudah selesai .... (gaya selingkung saya yang salah), kemudian tahun 2013  saya baru juara 2 gupres tingkat kabupaten .... perlu perbanyak lagi portofolio), tahun 2014 dan 2015 di ajang Mobile Edukasi saya kalah karena media dari kompetitor lebih baik.... .... ( adanya gagal..... gagal.... gagal.... dan gagal.....)

 

http://ciget.info merupakan catatan jurnal saya sejak tahun 2009 awalnya melalui http://fisikasmp.wordpress.com, Saya memang bukan penulis seperti para pemateri yang lain yang sudah menerbitkan banyak buku... saya senangnya baru menulis di web di http://ciget.info , http://inobel.id, http://dutasains.ciget.info itu adalah web-web bebayar yang saya miliki sementara anak saya juga memiliki web berbayar mybaskara.com.





Fokus kembali tentang bagaimana bisa berprestasi sampai juara 1 gupres,

“kata mutiara yang sampai saat ini vs di pegang adalah kata-kata dari ibu  beliau adalah pensiunan guru SD dengan kata mutiara "Kalah cacak menang cacak", itu menjadi pelecut untuk mengikuti berbagai event perlombaaan artinya kalah maupun menang merupakan hal yang biasa. maka dengan dukungan dari orang tua, dan juga dari istri dan anak-anak setiap event lomba yang di beliau ikuti pasti akan dilakukan dengan penuh perjuangan dan tidak disiapkan asal-asalan”

Bagi teman-teman yang akan mengikuti ajang kompetisi baik untuk diri sendiri maupun untuk anak didiknya maka beberapa tips ini bisa dipakai :      

1. Mandiri dengan sebaik-baiknya karya yang akan kita ikut lombkan (kecuali masih  tahap. awal karena hanya ingin mencoba berhasil/tidak ya gagal/tidak),

2. Karya yang kita ikutkan dalam lomba bukan karya yang instan artinya karya yang kita buat tidak maksimal karena hanya membuat karya saat akan ada lomba, namun siapkanlah karya yang dibuat itu jauh hari bahkan mungkin 1 tahun pengerjaan yang di dalamnya ada jiwa dan ruh kita, semangat kita.

3.Jika kita lolos ke nasional perlu di lihat kembali apasih yang akan dinilai saat kita mengikuti lomba tersebut, apakah karyanya ataukah presentasinya (hal ini sangat penting saat kita mengikuti suatu lomba),

4. Siapkan diri, pribadi, mental dan juga fokus pada lomba,

5. saat presentasi lomba fokus pada materi yang akan kita sampaikan, jangan sampai keluar dan menyimpang dari presentasi yang kita siapkan karena akan banyak memakan waktu.

 

Kesimpulan bagi teman-teman yang ingin mengikuti ajang guru berpestasi tingkat nasional silahkan baca tips untuk menjadi guru berprestasi tingkat nasional di web Pak Sigit Suryono, S.Pd, M.Pd : http://ciget.info/?p=1438. dan amati tiru modifikasi untuk perjuangan menuju prestasi. Yang selalu Ibu beliau katakan adalah "kegagalan akan di lihat saat ini saja jika suatu saat kamu berhasil kegagalan masa lalu tidak akan dilihat oleh orang lain". Jadi peran dan kepedulian orang tua itu sangat penting bagi perkembangan kita kedepan.



Curup, Jum'at 21 Agustus 2020
Salam literasi
Asnati

9 komentar:

Kenangan di Yogyakarta

  Jogya 14 Juli 2022 Salam literas @asnati